Bisnis.com, JAKARTA – Kekhawatiran perang dagang antara dua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia mengguncang pasar China pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (23/3/2018).
BACA JUGA
- VOTING UE TOLAK BIODIESEL CPO: Gapki Endus Persaingan Dagang
- Menggebrak Pasar Daring dengan Produk Asli Indonesia Berkualitas
- Afrika & Bangladesh Perkuat Sektor Tekstil, RI Was-was
- RUU PERSAINGAN USAHA: Sejumlah Pasal Ditolak Kadin
- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menolak sejumlah pasal dalam Ranca
Dua indeks saham acuan negeri tirai bambu merosot ke level penutupan terendah dalam sekitar enam pekan, sedangkan imbal hasil obligasi turun saat investor beralih pada aset yang kurang berisiko.
Indeks CSI 300 di Shenzhen yang berisi saham-saham blue chip hari ini berakhir anjlok 2,87% atau 115,41 poin di level 3.904,94, setelah dibuka dengan pelemahan tajam 3,07% di posisi 3.896,74.
Adapun indeks Shanghai Composite hari ini ditutup anjlok 3,39% atau 110,72 poin di level 3.152,76, setelah dibuka dengan pelemahan tajam 2,78% atau 90,71 poin di posisi 3.172,77.
Dilansir Reuters, bursa saham China turun tajam setelah pemerintah negeri ini mengumumkan rencana pengenaan tarif terhadap impor AS senilai hingga US$3 miliar, sebagai balasan atas tarif yang diberlakukan AS pada produk baja dan aluminium dari China dan negara-negara lain.
Baca Juga
Pada Kamis (22/3) waktu setempat, Presiden Donald Trump menandatangani memorandum yang dapat memberlakukan tarif terhadap impor dari China senilai hingga US$60 miliar, meskipun langkah-langkah tersebut memiliki periode konsultasi selama 30 hari.
Pemerintah China dengan tegas mendesak Amerika Serikat untuk menarik memorandum pengenaan tarif hingga US$60 miliar terhadap produk-produk impor asal China.
Sementara itu, kedutaan China di Washington berjanji bahwa Beijing akan berjuang sampai ‘titik darah penghabisan’ dalam perang dagang apapun.
Gao Ting, kepala pakar strategi China di UBS Securities, mengatakan tarif yang diusulkan Presiden AS Donald Trump dapat mengurangi pertumbuhan PDB China sebesar 0,1% pada 2018.
Tak hanya China, di Hong Kong, pergerakan indeks Hang Seng berakhir anjlok 2,45% atau 761,76 poin di level 30.309,29, level terendahnya sejak 7 Maret.
Seluruh tiga indeks saham acuan di atas mengalami penurunan persentase harian terbesarnya sejak 9 Februari, sekaligus performa mingguan terburuknya dalam enam pekan.