Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sampoerna Agro (SGRO) Segera Operasikan PKS Baru

Emiten perkebunan PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) menargetkan pengembangan pabrik kelapa sawit (PKS) berkapasitas 30 ton/jam rampung pada Juni 2018.
Presiden Direktur PT Sampoerna Agro Tbk Marc Louette (kiri) didampingi Direktur Budi Halim menjawab pertanyaan awak media di Jakarta, Senin (7/8)./JIBI-Dedi Gunawan
Presiden Direktur PT Sampoerna Agro Tbk Marc Louette (kiri) didampingi Direktur Budi Halim menjawab pertanyaan awak media di Jakarta, Senin (7/8)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA—Emiten perkebunan PT Sampoerna Agro Tbk., (SGRO) menargetkan pengembangan pabrik kelapa sawit (PKS) berkapasitas 30 ton/jam rampung pada Juni 2018.

Head Of Investor Relations Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) Michael Kesuma menyampaikan, saat ini perseroan memiliki tujuh PKS dengan kapasitas produksi sebesar 485 ton/jam. Seluruh pabrik tersebut memproses sekitar 2 juta ton tandan buah segar TBS per tahun.

Sejak tahun lalu, perusahaan sedang dalam proses mengembangkan satu PKS baru di Kalimantan Timur dengan kapasitas 30 ton/jam. Diperkirakan PKS yang menelan biaya investasi Rp100 miliar—Rp120 miliar itu akan beroperasi pada Juni 2018.

“Sebelumnya diperkirakan PKS baru rampung semester II/2018, sekitar bulan Agustus. Tapi tampaknya lebih cepat menjadi Juni 2018. Jadi nantinya produksi bertambah menjadi 515 ton/jam,” tuturnya saat dihubungi Bisnis, Senin (8/1).

Keberadaan PKS baru akan mendukung proyeksi pertumbuhan penjualan produksi CPO SGRO pada 2018 sekitar 10% year on year (yoy). Sentimen lain yang memengaruhi peningkatan kinerja ialah kondisi cuaca yang kondusif dan stabilnya harga CPO.

Tahun ini, sambung Michael, harga CPO diperkirakan terkoreksi 5%-10% yoy dari rerata 2017 senilai 2.800 ringgit per ton menuju kisaran 2.550 ringgit—2.660 ringgit per ton. Namun, pendapatan perusahaan masih bisa meningkat 10% yoy karena proyeksi produksi yang lebih baik.

“Isu El Nino dan La Nina sudah tidak ada, dengan cuaca yang lebih bersahabat kami perkirakan produksi dan penjualan bisa meningkat sekitar 10%,” tuturnya.

Adapun pada 2017, proyeksi produksi setahun penuh diperkirakan meningkat 5%-10% yoy menjadi 863.877 ton—905.480 ton dari realisasi 2016 sejumlah 822.740 ton. Estimasi ini menurun dibandingkan proyeksi pada paruh pertama Tahun Ayam Api saat perseroan menargetkan peningkatan produksi 10%-15%.

Menurut Michael, menurunnya estimasi produksi 2017 disebabkan masih adanya hambatan cuaca kering dan basah yang tidak menentu. Kendati demikian, nilai penjualan diperkirakan meningkat di atas 10% yoy karena menanjaknya harga CPO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper