Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbal Hasil SUN Berpotensi Turun, Ini Alasannya

Imbal hasil surat utang negara Indonesia berpotensi turun di masa mendatang, kendati secara jangka pendek masih akan menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN Plus Three.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Imbal hasil surat utang negara Indonesia berpotensi turun di masa mendatang, kendati secara jangka pendek masih akan menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN Plus Three.

Tingkat yield atau imbal hasil surat utang negara Indonesia untuk tenor 10 tahun saat ini masih berada di kisaran 6,897%.

Meski telah memperoleh peringkat layak investasi dari Standard & Poor’s, yield SUN Indonesia masih menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN Plus Three, yakni ASEAN beserta China, Jepang dan Korea Selatan.

Di satu sisi hal tersebut menjadi daya tarik bagi SUN Indonesia, tetapi di sisi lain menjadi beban bagi pemerintah sebab biaya dana menjadi sangat tinggi.

Handy Yunianto, Head of Fix Income Research Mandiri Sekuritas, mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya yield SUN Indonesia dibandingkan negara lainnya.

Pertama, peringkat investasi dari S&P yang diperoleh Indonesia memang bukanlah yang terbaik di kawasan.

Kedua, tingkat inflasi dan suku bunga acuan Indonesia pun masih tergolong tinggi dibandingkan negara lainnya.

Ketiga, mata uang rupiah dalam sejarahnya tergolong mata uang dengan tingkat volatilitas cukup tinggi.

Meski demikian, Handy menilai kondisi tersebut berpotensi berubah di masa mendatang, asalkan Indonesia mampu meningkatkan lagi posisi fundamental ekonominya.

Selain itu, ada peluang dua lembaga pemeringkat lainnya, yakni Fitch dan Moody’s akan memeringkat ulang SUN Indonesia dengan peringkat yang lebih baik.

“Saat ini memang yield kita masih cukup tinggi, tetapi dalam dua tahun atau tiga tahun ke depan, bila fundamental kita bisa kita improve dan kita expect ada rerating dari Fitch dan Moody’s, ada kemungkinan yield kita bisa nyalib negara yang lain,” katanya, Rabu (14/6/2017).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper