Bisnis.com, JAKARTA--Indeks Harga Saham Gabungan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah 5.540,432 pada penutupan perdagangan Jumat (17/3).
Rekor tersebut mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia.
Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat mengatakan keputusan The Fed untuk mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin memicu euforia investasi tidak hanya di pasar modal Amerika Serikat dan global, tetapi juga di Tanah Air.
Pasalnya, kenaikan Fed Fund Rate sebesar 25 bps menjadi 0,75%-1% sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.
"Kepercayaan pasar meningkat, terutama dari investor asing. Ada ekspektasi terhadap kemungkinan membaiknya performance emiten kita yang hingga akhir bulan ini menerbitkan laporan keuangan 2016," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (17/3).
Rekor tertinggi IHSG terbentuk dari tren bullish dalam dua hari terakhir. Pada perdagangan Kamis (16/3), IHSG menanjak 1,58% atau 85,86 poin ke level 5.518,24 dengan nilai transaksi sebesar Rp8,63 triliun.
Lantas pada Jumat (17/3), IHSG kembali naik tipis 0,4% atau 22,19 poin dan ditutup pada level 5.540,432 atau melampaui rekor tertinggi sepanjang sejarah pada level 5.523,29 yang terbentuk pada 7 April 2015. Total nilai transaksi di pasar saham mencapai Rp12,7 triliun dan mencetak return 4,6% secara year-to-date.
Dalam dua hari perdagangan saham, investor asing membukukan aksi beli senilai Rp12,79 triliun dan aksi jual Rp8,46 triliun sehingga net buy asing mencapai Rp4,33 triliun. Net buy asing sepanjang perdagangan Jumat (17/3) sebesar Rp2,49 triliun merupakan yang tertinggi sejak 10 Agustus 2016.
Tiga saham yang paling banyak ditransaksikan oleh investor asing, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk., dan PT HM Sampoerna Tbk.
Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan, mengatakan kenaikan Fed Fund Rate sudah disesuaikan sebelum keputusan diambil dalam pertemuan Federal Open Market Committee, Rabu (15/3).
"Dampak The Fed sudah price in, karena beberapa waktu lalu indeks bertahan pada kisaran 5.300-5.400. Mudah-mudahan ke depan tidak ada faktor lain yang membuat indeks tiba-tiba turun," ucapnya.