Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UNITED TRACTOR (UNTR): Kinerja Masih Terjungkal

Emiten alat berat PT United Tractors Tbk. masih tertekan pelemahan harga komoditas, sehingga laba bersih perseroan turut ambrol 45,59% menjadi Rp1,85 triliun pada paruh pertama tahun ini.
Komatsu diklaim mampu mempertahankan posisi market leader alat berat dengan pangsa pasar domestik 34%. /Bisnis.com
Komatsu diklaim mampu mempertahankan posisi market leader alat berat dengan pangsa pasar domestik 34%. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten alat berat PT United Tractors Tbk. masih tertekan pelemahan harga komoditas, sehingga laba bersih perseroan turut ambrol 45,59% menjadi Rp1,85 triliun pada paruh pertama tahun ini.

Meski begitu, koreksi laba dan pendapatan emiten bersandi saham UNTR pada kuartal II/2016 itu mengecil bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Gidion Hasan, Direktur Utama United Tractors, menuturkan penurunan penjualan dan margin pendapatan, serta ditambang adanya kerugian nilai tukar mata uang asing menyebabkan laba bersih perseroan turun 46%.

"Pendapatan bersih konsolidasian mengalami penurunan 10% menjadi Rp22,6 triliun dari Rp24,9 triliun," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (28/7/2016).

Laba bersih UNTR pada paruh pertama merefleksikan 39,67% dari proyeksi konsensus sepanjang tahuh. Sedangkan, pendapatan mewakili 49,68% dari proyeksi konsensus hingga akhir tahun Rp45,41 triliun.

Segmen usaha mesin konstruksi hingga Juni 2016 mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 25% menjadi 1.036 unit dari 1.375 unit. Penurunan penjualan alat berat terjadi di semua sektor pengguna alat berat, kecuali sekttor konstruksi yang tetap meningkat.

Kendati demikian, Komatsu diklaim mampu mempertahankan posisi market leader alat berat dengan pangsa pasar domestik 34%. Seiring dengan koreksi penjualan alat berat, suku cadang dan jasa pemeliharaan juga terkontraksi 10% menjadi Rp2,8 triliun.

"Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha mesin konstruksi mencatat penurunan 6% menjadi Rp6,9 triliun," tuturnya.

Bidang usaha kontraktor pertambangan yang dikelola oleh PT Pamapersada Nusantara (Pama), membukukan penurunan pendapatan bersih hingga 22% menjadi Rp11,6 triliun. Volume produksi Pama juga turun 4% menjadi 49,8 juta ton dengan overburden juga terkoreksi 9% menjadi 339,2 juta bcm.

Saat bersamaan, segmen usaha pertambangan yang dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung justru mengalami peningkatan penjualan. Paruh pertama tahun ini, penjualan batu bara Tuah Turangga Agung meningkat 58% menjadi 4,5 juta ton dengan volume penjualan batu bara mengalami lonjakan 35% menjadi Rp3,2 triliun.

Segmen industri konstruksi yang dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk. (ACST) tercatat mengantongi pendapatan Rp944 miliar dan laba Rp33 miliar. Hingga Juni 2016, ACST mengantongi kontrak baru senilai Rp2,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper