Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDEKS BEI SEPEKAN: IHSG Tertekan BI Rate

Lonjakan Indeks harga saham gabungan sepanjang pekan ini tertahan oleh keputusan Bank Indonesia dalam menahan suku bunga acuan BI Rate di level 6,5%.
IHSG
IHSG

Bisnis.com, JAKARTA--Lonjakan Indeks harga saham gabungan sepanjang pekan ini tertahan oleh keputusan Bank Indonesia dalam menahan suku bunga acuan BI Rate di level 6,5%.

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menuturkan BI yang menahan BI Rate membuat respons pelaku pasar tidak terlalu bagus. Sehingga, Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi di akhir pekan.

"Pelaku pasar bingung, awalnya BI Rate dinilai tidak berpengaruh karena ada 7-days repo rate. Tetapi BI kemudian tidak menurunkan BI Rate dan pelaku pasar akhirnya melihat masih sebagai acuan," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (22/7/2016).

Sepanjang pekan ini, IHSG ditutup menguat 1,7% sebesar 87,07 poin ke level 5.197,25. Namun, kemarin IHSG melemah 0,38% sebesar 19,72 poin dari hari sebelumnya 5.216,97.

Pelemahan IHSG seiring dengan lantai bursa regional yang mayoritas melemah. Investor asing tercatat net buy Rp1,97 triliun meskipun di akhir pekan net sell Rp230,8 miliar.

Satrio menambahkan, kinerja sejumlah emiten perbankan yang telah dirilis sepanjang paruh pertama tahun ini dinilai tidak menggembirakan. Kinerja itu membuat investor asing berbalik melego portofolio di lantai bursa.

Pelaku pasar tengah berhati-hati seiring dengan wait and see yang terjadi di bursa global akibat rencana penaikan suku bunga oleh Federal Reserve. Meski begitu, net buy investor asing sejak awal tahun terus melesat hingga Rp21,65 triliun.

"BI Rate belum tentu sentimen negatif, tetapi realitasnya pelaku pasar malah berjualan. Tax amnesty selama ini menjadi sentimen positif, ditahan oleh BI Rate," kata dia.

Aliran dana asing ke lantai bursa terutama akibat pengesahan Undang-Undang Pengampunan Pajak diproyeksi akan mulai terjadi pada September mendatang. Akan tetapi, BI dinilai ragu-ragu sehingga menahan suku bunga acuan di level 6,5%.

Lantai bursa disebut terkonsolidasi sementara sembari menunggu kinerja emiten paruh pertama tahun ini. Pelaku pasar masih menunggu kinerja Grup Astra dan bank BUMN yang pada kuartal I/2016 cukup mengecewakan.

Pada Kamis (21/7), BI memutuskan menahan suku bunga acuan di level 6,5% lantaran dinilai masih cukup mendorong pertumbuhan ekonomi. Sejak awal tahun, BI telah memangkas BI Rate sebesar 100 basis poin.

Deposit facility juga dipertahankan di 4,5% dan lending facility sebesar 7,0%. Sementara itu, BI 7-day repo rate juga tidak dipangkas dan bertahan di level 5,25%.

Dengan begitu term structure operasi moneter BI untuk tujuh hari sebesar 5,25%, dua pekan sebesar 5,45%, satu bulan sebesar 5,7%, tiga bulan sebesar 6,10%, enam bulan 6,30%, sembilan bulan 6,4%, dan 12 bulan 6,50%.

Secara terpisah, analis PT Reliance Securities Tbk. Lanjar Nafi menuturkan bursa Asia mayoritas terkoreksi pada akhir pekan ini. Kekecewaan investor yang telah menjual yen terhadap komentar Kuroda mengenai ketidakmungkinan mengadakan stimulus helikopter uang menjadi pemicu pelemahan bursa di Jepang.

"Aksi profit taking pada mayoritas bursa di Asia juga terlihat wajar setelah seminggu ini bergerak menguat," tuturnya.

Sementara, IHSG ditutup terkoreksi 19,72 poin sebesar 0,38% ke level 5.197,25 dengan volume yang cenderung moderat. Pelemahan menjadi momentum aksi jual investor pada akhir pekan setelah suku bunga dinyatakan tetap dan tidak sesuai ekspektasi.

Investor asing pun terlihat melakukan aksi jual dengan cacatan net sell sebesar Rp230,83 miliar yang merupakan aksi jual bersih pertama pada bulan ini. Total capital inflow pada minggu ini sebesar Rp1,97 triliun.

Adapun, bursa Eropa bergerak terkonsolidasi mulai memperpanjang pelemahan seiring harga komoditas mulai menurun di tengah tanda-tanda bank sentral di Jepang menjadi waspada dalam memperluas stimulusnya.

Beberapa perusahan besar di Eropa melaporkan kinerja tengah tahun yang dibawah estimasi. Sentimen selanjutnya pada pekan depan diantaranya beberapa data ekonomi Jepang seperti aktifitas expor-impor dan indeks kepercayaan konsumen sebagai tolak ukur stimulus yang akan diberikan BOJ.

Pada saat bersamaan, nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,03% sebesar 4 poin ke level Rp13.095 per dolar AS saat perdagangan akhir pekan di pasar spot. Sepekan, rupiah hanya menguat 0,01% sebesar 1 poin dari pekan sebelumnya Rp13.096 per  dolar AS.

Kurs tengah BI menempatkan rupiah di level Rp13.102 per dolar AS dan terapresiasi 0,15% dari hari sebelumnya Rp13.122 per dolar AS. Saat ini, cadangan devisa mencapai US$109,78 miliar dari sebelumnya US$103,59 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper