Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA EMAS: Penerapan Suku Bunga Negatif Beri Efek Positif

Penerapan suku bunga negatif pada sejumlah bank sentral dianggap berefek positif terhadap harga emas sehingga mengukuhkan komoditas tersebut sebagai aset yang aman (safe haven) di tengah perlambatan global.
/Bisnis
/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -  Penerapan suku bunga negatif pada sejumlah bank sentral dianggap berefek positif terhadap harga emas sehingga mengukuhkan komoditas tersebut sebagai aset yang aman (safe haven) di tengah perlambatan global.

Pada perdagangan Senin (25/4) harga emas Comex untuk kontrak Juni 2016 terkerek 4,9 poin atau 0,4% menjadi US$1.234,9 per troy ounce. Adapun emas Gold Spot naik 0,42 poin atau 0,03% menjadi US$1.233,45 per troy ounce.

World Gold Council melansir, kebijakan suku bunga negatif (Negative Interest Rate Policies/ NIRP) pada sejumlah bank sentral, seperti bank sentral Jepang dan Eropa mengerek return emas ke posisi dua kali lipat. Terbukti, sepanjang kuartal pertama harga sudah naik sebanyak 16%.

Kebijakan moneter yang tidak biasa mengubah lanskap investasi sebagai buntut krisis keuangan di periode 2008-2009. Sejumlah bank sentral terpaksa menelurkan suku bunga nol persen (Zero Interest Rate Policies/ ZIRP), dimana Negeri Sakura menjadi pionir pada awal 2000-an.

Kemudian, antara pertengahan 2014-2016 bank sentral Eropa, Denmark, Jepang, Swedia, dan Swiss menerapkan sistem NIRP. Langkah ini bertujuan melawan tekanan deflasi ataupun apresiasi mata uang domestik yang terlalu tinggi.

Menurut World Gold Council, perilaku NIRP mampu memicu investor untuk melakukan penambahan portofolio emas. Ada empat alasan yang mendasarinya, yakni mengurangi biaya pembelian, mengikis kepercayaan terhadap mata uang, menjadi aset yang dipilih investor, dan terakhir meningkatkan ketidakpastian atau volatilitas pasar.

Research & Analyst PT Monex Investindo Futures Yulia Safrina mengatakan, pasar tidak menduga sepanjang kuartal I/2016 emas naik begitu kencang. Pertumbuhan harga terutama dipicu investor yang beralih ke aset yang dianggap aman (safe haven) karena anggapan masih melambatnya perekonomian global.

Sejumlah bank sentral yang menerapkan suku bunga negatif seperti Jepang, Swiss, Denmark, Swedia, dan Eropa turut menambah kekhawatiran pasar. Alhasil, pembelian emas meningkat dan memicu pengerekan harga.

"Dengan keputusan bank sentral melakukan NIRP, proyeksi perekonomian global berarti belum bagus, sehingga permintaan aset heaven seperti emas meningkat," jelasnya.

Federal Reserve juga tampak sangat berhati-hati dalam menaikkan suku bunga karena pertumbuhan ekonomi dunia masih belum secepat Amerika Serikat, sehingga menurunkan tekanan terhadap logam mulia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper