Bisnis.com, JAKARTA - Enam dari 10 perusahaan asuransi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan laba sepanjang kuartal I/2015.
Berdasarkan keterbukaan bursa yang dikutip Selasa (5/5/2015) , penurunan laba terbesar dialami PT Asuransi Mitra Maparya Tbk. (ASMI). Rugi perseroan membengkak dari Rp126,20 juta pada kuartal I/2014 menjadi Rp17,58 miliar pada periode yang sama tahun ini, atau naik 13.832%.
Kerugian tersebut dipicu penurunan pendapatan investasi. Tahun lalu pos ini menghasilkan laba Rp6,66 miliar, tetapi sepanjang tiga bulan pertama tahun ini justru tercatat kerugian Rp10,72 miliar. Walau rugi secara usaha, pendapatan premi bruto ASMI justru naik 8% tahun ini dari Rp61,42 miliar pada kuartal I/2014 menjadi Rp66,30 miliar pada kuartal I/2015.
Penurunan laba juga dialami PT Asuransi Jasa Tania Tbk. (ASJT). Pada periode yang sama tahun lalu perusahaan membukukan laba Rp13,76 miliar namun tahun ini menyusut menjadi Rp9,05 miliar atau turun 34%. Di belakang Jasa Tania ada PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. (AHAP) yang mencatatkan penurunan laba dari Rp3,04 miliar menjadi Rp2,09 miliar atau turun 31%.
Selanjutnya perusahaan asuransi yang mengalami penurunan laba pada kuartal I/2015 yakni PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk. (AMAG) dan PT Asuransi Bintang Tbk. (ASBI) dengan penurunan laba masing-masing 17% year on year. Laba AMAG turun dari Rp31,90 miliar pada kuartal I/2014 menjadi Rp26,56 miliar pada kuartal I/2015, sedangkan ASBI turun dari Rp5,56 miliar menjadi Rp5,43 miliar.
PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., (ABDA) pun setali tiga uang. Pada kuartal I/2015 laba perseroan turun 6% dari Rp41,68 miliar pada kuartal I/2014 men- jadi Rp39,29 miliar.
Marianty N. Santoso, Sekretaris Perusahaan ABDA, menjelaskan pembengkakan beban komisi dipicu penerapan peraturan dari otoritas. Me- nurutnya, aturan yang tertuang dalam SE-06/D.05/2013 tentang penerapan tarif premi serta ketentuan biaya akuisisi pada lini usaha asuransi kendaraan bermotor dan harta benda itu membuat komisi yang dikeluarkan menjadi lebih besar.
Padahal kedua lini bisnis ini merupakan penyumbang premi terbesar dari industri asuransi, kata Marianty di Jakarta.