Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GARUDA INDONESIA (GIAA) Pastikan Tak Jual Saham GMF AeroAsia & Citilink

Manajemen baru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memastikan tidak akan menjual saham anak usaha pada 2015, termasuk PT Garuda Maintenance Fasilities (GMF) AeroAsia.
Manajemen akan mencoba menambah jumlah kursi kelas ekonomi sehingga biaya per unit akan turun. /Bisnis.com
Manajemen akan mencoba menambah jumlah kursi kelas ekonomi sehingga biaya per unit akan turun. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Manajemen baru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memastikan tidak akan menjual saham anak usaha pada 2015, termasuk PT Garuda Maintenance Fasilities (GMF) AeroAsia.

M. Arif Wibowo, Direktur Utama Garuda Indonesia yang baru saja diangkat pada Jumat (12/12) lalu,  menegaskan tidak akan menjual saham anak usaha melalui mekanisme penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) pada tahun depan.

"Kalau IPO [anak usaha] saya pikir tahun depan belum, karena kondisi pasar belum membaik," ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (12/12/2014).

Manajemen emiten berkode saham GIAA terdahulu, mendorong GMF untuk segera IPO pada tahun depan. Bahkan, pada Agustus lalu, GMF telah merampungkan persiapan dengan menggelar legal due dilligence dan finacial due dilligence.

Rencana penjualan saham GMF memang telah dihembuskan sejak tahun lalu. Garuda sebagai induk usaha menargetkan aksi korporasi itu dapat terealisasi pada semester I/2013, tetapi terus mundur hingga saat ini.

Saham anak usaha Garuda yang bergerak dalam bidang pemeliharaan pesawat itu rencananya akan dilepas lebih dari 20%. GMF diharapkan dapat meraup dana sebesar US$100 juta atau lebih dari Rp1 triliun dari gelaran IPO tersebut.

Perolehan dana IPO rencananya akan digunakan untuk pembangunan hanggar GMF sekitar US$50 juta, dan US$30 juta lainnya untuk pembelian komponen.

Pada tahun ini, GMF menargetkan perolehan laba sebesar US$16 juta, turun dari periode 2013 yang mencapai US$19 juta. Penurunan target tersebut akibat banyaknya investasi yang dilakukan pada tahun ini.

Sepanjang tahun lalu, laba GMF meningkat 8,7% menjadi US$19 juta. Pendapatan perseroan meningkat 8% menjadi US$230 juta dan ditargetkan pada tahun ini dapat meningkat 8% menjadi US$255 juta.

Begitu pula dengan anak usaha Garuda lainnya, PT Citilink Indonesia. Maskapai penerbangan berbiaya murah (low cost carrier/LCC) itu batal mencari investor strategis demi menggenjot ekuitas induk usaha.

Saat ini, Citilink menjadi salah satu tulang punggung pendapatan GIAA. Hingga triwulan ketiga tahun ini, Citilink mencatatkan pertumbuhan jumlah penumpang hingga 39,3% dari sebanyak 3,8 juta penumpang pada kuartal III/2013 menjadi 5,3 juta penumpang pada periode yang sama tahun ini.

Arif menjelaskan, jadwal rencana IPO anak-anak usaha GIAA akan dievaluasi. Pihaknya juga tidak ingin proses go public anak usaha maskapai pelat merah itu tidak diminati publik.

"Apakah pasarnya apettite atau enggak. Kalau enggak bernafsu, ya kami lihat dulu, enggak perlu buru-buru," katanya.

Sementara itu, Arif membidik pertumbuhan jumlah penumpang lebih konservatif sebesar 10% pada tahun depan. Dia menilai, pertumbuhan jumlah penumpang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 5,3%-5,4%.

Hingga triwulan III/2014, Garuda Indonesia mengangkut 20,9 juta penumpang atau tumbuh sebesar 15,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain peningkatan penumpang, muatan kargo terjadi kenaikan yang diangkut pada kuartal III/2014 sebesar 15,4% menjadi 292.888 ton.

Dia menjelaskan, dengan peningkatan tersebut, pendapatan GIAA per 30 September 2014 mencapai US$2,8 miliar, naik 4,28% dari periode yang sama tahun lalu US$2,68 miliar. Target konservatif yang dibidik GIAA dimaksudkan untuk mengamankan kinerja setahun ke depan.

Untuk mengoptimalkan aset, manajemen GIAA akan menambah jumlah kursi kelas ekonomi dan mengurangi kursi kelas bisnis di pesawat Garuda. Tingkat keterisian kursi kelas bisnis rerata hanya separuh dari total ketersediaan.

Manajemen akan mencoba menambah jumlah kursi kelas ekonomi sehingga biaya per unit akan turun. Dari data yang dimiliki manajemen Garuda selama 2-3 tahun terakhir, keterisian kursi kelas bisnis hanya mencapai 40% dari total kursi yang tersedia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper