Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SUN: Kepemilikan Asing Kerek Utang Luar Negeri

Utang luar negeri akhir pada Agustus tercatat US$290,4 miliar, terakselerasi 11,2% dibandingkan periode sama tahun lalu, dipengaruhi oleh kepemilikan surat utang negara oleh asing.
Ilustrasi petunjukan pengisan surat utang negara/Bisnis
Ilustrasi petunjukan pengisan surat utang negara/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Utang luar negeri akhir pada Agustus tercatat US$290,4 miliar, terakselerasi 11,2% dibandingkan periode sama tahun lalu, dipengaruhi oleh kepemilikan surat utang negara oleh asing.

Data Bank Indonesia menyebutkan dari ULN sektor publik -- utang bank sentral dan pemerintah -- senilai US$134,2 miliar, utang pemerintah melesat 11,6% (year on year) mencapai US$126,1 triliun.

Dari nilai utang pemerintah itu, sebanyak US$37,1 miliar atau 29,4% merupakan surat berharga negara (SBN) domestik yang dimiliki bukan penduduk (domestic government securities owned by non-resident). Angka ini melejit 42,7% dibanding setahun lalu.

Data ini juga sinkron dengan data Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan yang menunjukkan porsi asing dalam kepemilikan SBN mencapai Rp434,2 triliun atau 37% per 29 Agustus.

Adapun sepanjang Agustus, pemerintah memacu penerbitan SBN dengan nominal yang dimenangkan mencapai Rp33,4 triliun.

Dirjen Pengelolaan Utang Robert Pakpahan, Rabu (22/10/2014), tak menjawab saat dimintai penjelasan soal pengaruh peningkatan porsi asing dalam SBN terhadap akselerasi ULN.

Mantan menteri keuangan M. Chatib Basri sebelumnya mengatakan derasnya aliran portofolio asing sepanjang tahun ini yang diikuti oleh peningkatan porsi asing dalam kepemilikan SBN sesungguhnya menggambarkan dua hal, yakni minat (appetite) investor yang tinggi terhadap Indonesia, sekaligus ancaman mengingat fundamental ekonomi RI yang rentan.

Jika terjadi turbulensi ekonomi di Tanah Air, maka investor tidak cukup punya alasan untuk tetap mempertahankan portofolionya di Indonesia sehingga risiko terjadi pembalikan modal (capital reversal) sangat besar.

Dengan pasar valuta asing yang dangkal di dalam negeri -- data CEIC menyebutkan perdagangan valas harian sepanjang 2014 hanya US$2 miliar -- capital outflow akan membuat rupiah begitu mudah bergejolak.

"Makanya, saya selalu bilang dan minta untuk diversifikasi sumber pembiayaan. Yang paling penting adalah perkuat domestik di bond market," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper