Bisnis.com, NEW YORK - Harga minyak naik pada Senin (Selasa pagi WIB), karena pasar saham AS menguat dan pedagang yakin bahwa perekonomian dapat menahan pengurangan stimulus Federal Reserve.
Minyak mentah light sweet untuk pengiriman April naik 62 sen menjadi menetap di US$102,82 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sebelumnya, harga minyak dunia berbalik naik (rebound) dari kerugian sebelumnya pada Senin (24/2/2014), karena para pedagang melihat kekhawatiran pasokan dan mencerna pertemuan akhir pekan 20 ekonomi utama dunia.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, menguat US$1,12 menjadi US$103,32 per barel.
Minyak mentah Brent North Sea, Antara/Xinhua, untuk penyerahan April naik 73 sen menjadi US$110,58 per barel pada akhir perdagangan sore di London.
"Harga minyak mengawali minggu perdagangan baru ini dengan sedikit keuntungan," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
"Risiko-risiko pasokan karena penghentian produksi yang sedang berlangsung di Libya, pertempuran di Sudan Selatan dan kerusuhan di Venezuela, belum lagi tingkat stok rendah pada sulingan di kedua sisi Atlantik, memberikan dukungan untuk harga." Minyak mentah berjangka sementara ditarik lebih rendah pada awal transaksi Senin di tengah cuaca dingin di Amerika Serikat.
Pasar juga meneliti hasil dari pertemuan Kelompok 20 (G20) di Sydney pada Minggu.
Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara-negara G20, yang menyumbang 85 persen dari ekonomi dunia, mengeluarkan pernyataan untuk mendorong "kembali ke pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan dan seimbang dalam ekonomi global".
Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan strategi itu akan menambah setengah persentase poin terhadap pertumbuhan global tahunan selama empat tahun mulai tahun depan.
IMF saat ini memproyeksikan pertumbuhan global 3,7 persen tahun ini dan 3,9 persen pada 2015.
"G20 menjanjikan pertumbuhan dua persen (persentase poin) selama periode lima tahun telah memberikan beberapa sentimen positif terhadap pertumbuhan dalam jangka menengah," Desmond Chua, analis pasar di CMC Markets di Singapura, mengatakan kepada AFP.
"Target pertumbuhan, yang juga mencerminkan dua triliun dolar AS dari segi nilai riil, akan mendukung harga minyak," katanya, mencatat G20 bergeser menjauh dari penghematan karena pemulihan ekonomi mulai berjalan.