Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Pekerjaan AS Dongkrak Minyak Brent ke US$105,12/Barel

Kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember di New York Mercantile Exchange, mengakhiri sesi di US$94,60 per barel, naik 40 sen dari penutupan Kamis.

Bisnis.com, NEW YORK - Harga minyak naik pada Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah laporan pertumbuhan pekerjaan Amerika Serikat lebih kuat dari perkiraan dan ketika para investor terus mengawasi pembicaraan untuk kesepakatan tentang program nuklir Iran.

Kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember di New York Mercantile Exchange, mengakhiri sesi di US$94,60 per barel, naik 40 sen dari penutupan Kamis.

Di perdagangan London, patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Desember, melonjak US$1,66 menjadi menetap di US$105,12 per barel.

Laporan pekerjaan Oktober dari Departemen Tenaga Kerja AS, menunjukkan ekonomi terbesar dunia itu secara mengejutkan menambahkan 204.000 pekerjaan, lebih dari dua kali lipat rata-rata estimasi analis, meskipun terjadi penutupan sebagian kegiatan pemerintah federal selama 16 hari.

"Laporan pekerjaan AS untuk Oktober lebih kuat dari yang diharapkan, memicu sebuah dukungan reli dalam S&P 500, namun penguatan dolar cenderung membatasi keuntungan dalam harga minyak," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Dolar yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah, cenderung mengurangi permintaan untuk minyak mentah.

Namun di balik angka pekerjaan Oktober yang kuat, rincian laporan menunjukkan titik-titik kelemahan, meninggalkan gambaran suram tentang kesehatan perekonomian.

Data muncul sehari setelah pemerintah AS memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga pada tingkat tahunan sebesar 2,8%, kembali dengan angka judul kuat yang mengejutkan menutupi rincian yang mengkhawatirkan.

Baik pertumbuhan maupun laporan pekerjaan memicu spekulasi bahwa Federal Reserve AS mungkin mulai mengurangi stimulus moneternya lebih cepat dari yang diharapkan, dengan beberapa analis menunjuk ke pertemuan Fed pada Desember.(antara/afp/yus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Yusran Yunus
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper