Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jurus PTBA dan TOBA Tetap Membara kala Emas Hitam Kurang Gairah

PTBA dan TOBA menghadapi penurunan laba akibat harga batu bara yang melemah. PTBA fokus pada efisiensi dan diversifikasi pasar, TOBA beralih ke bisnis hijau.
Asap hasil pembakaran pembangkit batu bara yang menyumbang hampir separuh pasokan energi di Asia Pasifik. /Bloomberg-Taylor Weidman
Asap hasil pembakaran pembangkit batu bara yang menyumbang hampir separuh pasokan energi di Asia Pasifik. /Bloomberg-Taylor Weidman

Perkuat Bisnis Hijau

Sementara itu, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) mengungkapkan sudah ada penghasil cuan baru perseroan di luar batu bara ketika harga komoditas emas hitam itu mengalami tren penurunan harga saat ini.

Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina menjelaskan kinerja TOBA pada paruh pertama 2025 terdampak oleh penurunan harga batu bara. Menurutnya, selama enam bulan terakhir, permintaan batu bara secara global mengalami penurunan dan perseroan cukup kesulitan menjual batu bara pada harga yang baik. 

"Tetapi di satu sisi kami cukup senang karena ternyata future business kami sudah bisa berkontribusi positif, sehingga dapat tumbuh 440% dibandingkan periode sebelumnya," kata Juli, di Jakarta, Rabu (30/7/2025). 

Juli menjelaskan bisnis pengolahan limbah atau waste management TOBA telah berkontribusi langsung 53% atau sebesar US$59,7 juta terhadap total pendapatan TOBA. 

Kemudian segmen kendaraan listrik perseroan berkontribusi sebesar US$3,1 juta atau setara 2% dari total pendapatan, dan bisnis power generation perseroan memiliki kontribusi sebesar US$14,3 juta atau setara 8% dari total pendapatan. 

Sebagai informasi, TOBA membukukan pendapatan konsolidasian  sebesar US$172,2 juta sepanjang semester I/2025.

Managing Director — Investor Relations TOBA Gita Sjahrir menjelaskan TOBA telah berkomitmen untuk menerapkan carbon neutral pada 2030. Menurutnya, tiga lini bisnis baru TOBA saat ini yaitu waste management, renewable energy, dan electric vehicle tidak bertumpu pada fluktuasi harga batu bara global. 

Menurut Gita, margin dari lini bisnis baru ini, seperti waste management lebih tinggi dibandingkan dengan coal trading. 

“Yang menarik adalah kami tidak harus bertumpu hanya pada inorganic growth atau akuisisi. Kami bisa tumbuh organik,” ucapnya. 

Di sisi lain, Mirza menjelaskan saat ini umur tambang batu bara TOBA tinggal dua hingga tiga tahun lagi. Setelah cadangan batu bara ini habis, menurutnya TOBA akan sepenuhnya menjadi perusahaan energi terbarukan. 

PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) membukukan rugi bersih sebesar US$115,3 juta atau setara Rp1,87 triliun (kurs Jisdor Rp16.231 per dolar AS 30 Juni 2025) pada akhir semester I/2025.

Pendapatan konsolidasian perseroan tercatat sebesar US$172,2 juta, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$248,7 juta.

Penurunan ini utamanya disebabkan oleh menurunnya volume penjualan segmen pertambangan batu bara dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton, serta turunnya harga jual rata-rata dari US$83 per ton menjadi US$52,9 per ton.

Tren penurunan harga ini sejalan dengan pergerakan indeks harga batu bara global yang terus melandai sejak tahun lalu.

Sementara itu, penurunan volume penjualan terjadi karena melemahnya permintaan batu bara secara global dan keputusan TOBA untuk menyesuaikan strategi penjualan demi menanti momentum harga yang lebih menguntungkan.

Manajemen menjelaskan penurunan ini mencerminkan komitmen TOBA dalam mengurangi ketergantungan terhadap sektor batu bara dan mempercepat transisi menuju portofolio bisnis yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Alhasil, pada semester I/2025, TOBA mencatat rugi bersih sebesar US$115,3 juta atau setara Rp1,87 triliun. Angka kerugian ini sebagian besar disebabkan oleh pencatatan rugi non-kas dari divestasi dua anak usaha pembangkit listrik tenaga uap, yakni PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP), yang diselesaikan pada Maret dan Mei 2025.

Rugi non-kas dari divestasi ini tercatat sebesar US$96,9 juta. Manajemen menjelaskan kerugian tersebut tidak berdampak pada arus kas TOBA, justru menghasilkan tambahan dana segar berupa pemasukan ke dalam kas TOBA sebesar US$123,6 juta. Hal ini memperkuat kondisi fundamental operasional TOBA yang tetap terjaga di tengah masa transisi.

Sementara itu, pilar baru TOBA dalam bisnis pengelolaan sampah mulai menunjukkan kontribusi positif secara signifikan. Unit usaha ini membukukan pendapatan sebesar US$59,6 juta dengan EBITDA mencapai US$10 juta hingga akhir Juni 2025.

Dengan demikian, margin EBITDA tercapai sebesar 17%, mencerminkan efisiensi dan potensi profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan lini batu bara TBS.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro