Bisnis.com, JAKARTA — Danantara Investment Management, holding investasi Danantara Indonesia masih mengkaji rencana pembangunan kilang minyak sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan energi nasional.
Managing Director Finance Danantara Investment Management Djamal Attamimi menegaskan bahwa setiap rencana investasi akan melalui proses due diligence atau uji tuntas yang ketat sebelum dieksekusi.
Hal ini merespons kabar yang menyebutkan rencana investasi Danantara Indonesia untuk membangun 17 kilang minyak modular senilai US$8 miliar bersama perusahaan asal Amerika Serikat (AS).
“Semua yang diberitakan di media saat ini masih dalam proses uji tuntas. Kalau secara ekonomis angkanya masuk, secara legal semuanya lolos, baru kami akan lakukan investasi,” ujarnya dalam acara Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2025, Selasa (29/7/2025).
Menurut Djamal, fokus utama Danantara adalah memastikan proyek yang dijalankan memiliki keterkaitan langsung dengan kebutuhan energi nasional.
Dia memaparkan konsumsi minyak Indonesia saat ini mencapai sekitar 1,3 juta barel per hari, sedangkan produksi domestik baru sekitar 600.000 barel per hari. Kondisi ini membuat Indonesia harus menutup kekurangan pasokan melalui impor dengan nilai mencapai US$100 juta per hari.
Baca Juga
“Kalau kita bisa membangun kilang atau mengambil ladang minyak yang berproduksi di bawah kepemilikan kita, itu akan langsung mengurangi defisit neraca sekaligus menekan kebutuhan impor,” pungkasnya.
Djamal menambahkan bahwa Danantara berkomitmen menghadirkan investasi yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga berdampak signifikan terhadap ketahanan ekonomi jangka panjang.
Dalam kesempatan terpisah, Chief Executive Officer (CEO) Danantara Indonesia Rosan Roeslani menyatakan bahwa pembangunan kilang dikhususkan untuk mengolah minyak mentah (crude) impor dari AS.
Pernyataan itu sekaligus membantah kabar sebelumnya yang menyebutkan pembangunan kilang akan dibangun di AS. Adapun, rencana tersebut merupakan bagian dari kesepakatan dagang antara Indonesia-AS yang membuahkan penurunan tarif resiprokal dari 32% menjadi 19%.
Rosan menyampaikan pembangunan 17 kilang akan dilakukan bersama perusahaan asal Negeri Paman Sam. Kendati demikian, dia tak memerinci lebih lanjut perusahaan mana yang dimaksud.
“Karena kalau kami lihat salah satu di dalam kesepakatan itu kan kita akan melakukan impor dari crude oil ke Indonesia, yang tentunya kan itu perlu ada refinery,” ujar Rosan di, Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Dia menyatakan bahwa spesifikasi pembangunan kilang bakal disesuaikan dengan karakteristik minyak mentah dari AS.
Pada saat bersamaan, impor minyak mentah dari AS dinilai tidak akan memberatkan keuangan pemerintah karena langkah ini secara simultan mengurangi impor minyak mentah dari Timur Tengah dan Nigeria.
Oleh karena itu, Rosan memastikan porsi impor minyak mentah ke depan bakal lebih banyak dari AS. Namun, Rosan menyebut pihaknya masih akan terus membahas lebih detail terkait investasi pembangunan 17 kilang ini.
“Tetapi kami pastikan semuanya akan sesuai dengan perjalanan dan peraturan yang ada di Indonesia,” ucap Rosan.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.