Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diproyeksi bergerak fluktuatif cenderung menguat pada hari ini, Kamis (22/5/2025) setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 5,5%.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,10% ke Rp16.387 per dolar AS pada perdagangan Rabu (21/5/2025). Adapun, indeks dolar AS merosot 0,39% ke 99,73. Hingga Kamis pagi, index dolar AS lanjut melemah ke posisi 99,55.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah berpotensi ditutup menguat pada rentang Rp16.340-Rp16.400 per dolar ASpada hari ini.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat penurunan BI Rate sebesar 25 bps ke 5,5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2025 mencerminkan pergeseran kebijakan Bank Indonesia (BI) dari fokus stabilitas (pro-stability) menuju dorongan pertumbuhan (pro-growth).
Namun, langkah ini menimbulkan pertimbangan penting jika dikaitkan dengan kondisi eksternal yang masih belum sepenuhnya kondusif. Risiko pasar akan meningkat apabila BI menurunkan suku bunga lebih cepat dari The Fed.
“Terutama jika pasar melihat adanya potensi pelebaran selisih suku bunga [interest rate differential] yang menyebabkan tekanan pelemahan pada nilai tukar rupiah,” ujarnya, Rabu (21/5/2025).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Mei 2025 (hingga 20 Mei 2025) menguat sebesar 1,13% (ptp) dibandingkan dengan posisi akhir April 2025.
Rupiah juga cenderung menguat dibandingkan dengan kelompok mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia dan kelompok mata uang negara maju di luar dolar AS.
Secara keseluruhan, pergerakan rupiah berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian.
"Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik," ujarnya dalam konferensi pers hasil RDG, Rabu (21/5/2025).
Dia menegaskan Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder.
Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI, untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.