Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas naik menuju rekor baru dipantik oleh sentimen perang dagang yang dipimpin Amerika Serikat (AS) memicu meningkatnya permintaan untuk aset safe haven atau aset yang lebih aman.
Harga emas batangan secara global naik menuju US$3.384 per ons tepat di bawah rekor yang ditetapkan pada pekan lalu senilai US$3.357.
Melansir Bloomberg, data yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang dapat menyoroti tanda-tanda awal menuju gejolak ekonomi global.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga akan menurunkan proyeksi pertumbuhan dengan proyeksi baru, pada Selasa (22/4/2025).
Sementara itu, Indeks Manajer Pembelian (PMI) yang merupakan indikator ekonomi untuk mengukur kondisi dan tren di sektor manufaktur dan jasa akan memberikan gambaran umum ekonomi pada hari berikutnya, sejak kenaikan tarif Presiden Donald Trump.
Adapun, harga emas telah melonjak ke rekor tertinggi pada tahun ini karena konflik perdagangan telah mengacaukan pasar global, menurunkan minat investor terhadap aset berisiko sekaligus mempercepat perburuan aset-aset safe haven.
Imbasnya, kepemilikan investor di reksa dana yang diperdagangkan di bursa dan didukung minat terhadap emas, telah meningkat selama 12 pekan berturut-turut. Ini jangka waktu terpanjang sejak 2022.
Bank-bank sentral juga telah menambah kepemilikan terhadap aset safe haven, menopang permintaan yang kuat di seluruh dunia.
Harga emas spot yang diperdagangkan telah naik 1,69% lebih tinggi dengan US$3.383 per ons pada pukul 11.00 WIB pada hari ini.
Sementara itu, Bloomberg Dollar Spot Index turun 0,3%. Perak dan platinum sedikit berubah, serta paladium turun
Berdasarkan catatan BRI Danareksa Sekuritas survei Bank of America menunjukkan bahwa 42% manajer investasi memilih emas sebagai aset utama, naik dari 23% pada Maret, mencerminkan peningkatan minat terhadap aset safe haven.
Di sisi lain, Goldman Sachs memproyeksikan harga emas dapat mencapai US$3.650–US$3.950, bahkan hingga US$4.500 jika risiko resesi meningkat.