Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Tertekan Sentuh Rp16.616 per Dolar AS Pagi Ini

Mata uang rupiah dibuka melemah pada perdagangan Selasa (25/3/2025) di tengah penguatan indeks dolar AS.
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan Selasa (25/3/2025) di tengah penguatan indeks dolar AS. Rupiah dibuka pada level Rp16.616 per Dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 48,5 poin atau 0,29% ke Rp16.616 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,02% ke 104,28.

Sementara itu, mata uang lainnya di Asia dibuka bervariasi seperti yen Jepang naik 0,03%, dolar Hong Kong stagnan, dolar Taiwan melemah 0,06%, dan won Korea Selatan melemah 0,05%.

Lalu dolar Singapura melemah 0,03%, peso Filipina melemah 0,03%, yuan China melemah 0,04%, ringgit Malaysia melemah 0,09%, dan baht Thailand melemah 0,24%.

Melansir Reuters, dolar mencapai level tertinggi dalam tiga minggu terhadap yen pada Selasa pagi, dan tetap menguat setelah data kuat dari sektor jasa AS serta optimisme hati-hati terkait tarif perdagangan.  

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa tidak semua tarif yang diancamkannya akan diberlakukan pada 2 April, dan beberapa negara mungkin mendapatkan pengecualian. Hal ini membantu menguatkan dolar serta meningkatkan sentimen di Wall Street semalam dengan meredanya kekhawatiran terkait perlambatan pertumbuhan ekonomi AS.  

Komponen jasa yang kuat dalam data awal PMI AS dari S&P Global mendorong kenaikan imbal hasil obligasi AS, dan bertepatan dengan pelemahan di Jepang, dengan sektor jasa dan manufaktur yang sama-sama mengalami kontraksi.  

Namun, dengan Donald Trump yang berjanji akan segera menerapkan tarif otomotif dan dampak tarif terhadap pasar yang masih belum jelas akibat kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi AS, arah pergerakan selanjutnya masih belum pasti.  

Data dari Commodity Futures Trading Commission pada Jumat menunjukkan bahwa spekulan berbalik menjadi net bearish terhadap dolar AS minggu lalu untuk pertama kalinya sejak Oktober, meskipun posisinya mendekati netral.  

"Sepertinya tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan dengan dolar AS," kata Brent Donnelly, Presiden dari firma analisis Spectra Markets.  

Pandangan bahwa tarif secara otomatis menguntungkan dolar AS telah dipertanyakan oleh pergerakan harga di 2025. Donnelly menyebut bahkan ketika ada informasi tentang seperti apa tarif minggu depan, akan sulit untuk mengetahui langkah apa yang harus diambil.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper