Bisnis.com, JAKARTA - Analis menilai anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga harus disuspend di seluruh pasar selama 30 menit karena melemahnya daya beli.
Nigel Peh, manajer portofolio di Timefolio Asset Management menyebut ada kekhawatiran tentang perusahaan konsumen dan penjualan yang lemah menjelang liburan Idul Fitri di Indonesia.
"Dengan banyak penduduk setempat mengurangi pengeluaran diskresioner," kata Nigel kepada Bloomberg.
Dia menyebut pengeluaran rumah tangga yang lebih rendah dan angka deflasi juga membebani sentimen pasar, katanya.
Aksi jual pada hari Selasa mempercepat penurunan saham Indonesia. IHSG menjadi salah satu pasar saham dengan rkinerja terburuk di dunia tahun ini. Dolar yang lebih kuat dan meningkatnya ketegangan perdagangan telah memicu eksodus investor. Semua mata kini tertuju pada keputusan suku bunga Bank Indonesia pada hari Rabu (19/3/2025), karena investor menunggu potensi intervensi untuk menstabilkan mata uang dan mendorong pertumbuhan.
Baca Juga
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga pukul 11.19 WIB, IHSG ambrol 325 poin atau -5,02% ke level 6.146,91. Di level itu, IHSG sudah anjlok lebih dari 13% dari level penutupan pada akhir 2024 di posisi 7.079,9.
Seiring dengan jebloknya IHSG lebih dari 5%, BEI melakukan pembekuan perdagangan bursa sementara atau trading halt. Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad menyampaikan telah terjadi pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di Bursa pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).
"Perdagangan akan dilanjutkan pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan," tulisnya dalam keterangan resmi pada hari ini, Selasa (18/3/2025).
Setelah trading halt selama 30 menit berakhir, perdagangan saham di lantai bursa kembali dibuka. IHSG terpantau jatuh makin dalam dengan penurunan 389,39 poin atau 6,02% ke level 6.082,56.
Penurunan intraday ini menjadi yang terbesar sejak 10 September 2020, yang memicu penghentian perdagangan. PT DCI Indonesia dan PT Barito Renewables Energy menjadi yang paling terpuruk, dengan yang pertama turun hingga batas 20%.