Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Jual Asing Diproyeksi Berlanjut Pekan Ini, Cermati CMRY hingga ULTJ

Aksi jual asing membuat IHSG terperosok pada perdagangan pekan lalu. Net sell investor asing ini pun diproyeksi masih terjadi pada pekan ini.
Karyawan beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/1/2025)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/1/2025)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Indonesia berkinerja jeblok dengan catatan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diikuti aksi jual asing pada perdagangan pekan lalu. Aksi net sell asing pun diproyeksi masih terjadi pada pekan ini.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup anjlok 3,31% menjadi 6.270 pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (28/2/2025). Level IHSG kemarin merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir, sejak 2021. IHSG sudah jeblok 11,43% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Dana asing pun lari dari pasar saham Indonesia dengan catatan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp2,91 triliun pada perdagangan akhir pekan lalu. Alhasil, sepanjang tahun berjalan atau dalam dua bulan awal 2025 net sell asing mencapai Rp21,89 triliun di pasar saham Indonesia. 

Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany Travelin Yunus menjelaskan terdapat lima sentimen yang memengaruhi pasar pekan lalu. Pertama, Presiden AS Donald Trump yang berencana akan menetapkan tarif impor kepada Uni Eropa sebesar 25%.

Kedua, China mengeluarkan stimulus guna memberikan suntikan dana bagi sistem perbankannya senilai US$55 juta yang akan terealisasi pada Maret 2025. Ketiga, Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks MSCI dari equal-weight ke underweight.

Keempat, peresmian Badan Pengelola Investasi Danantara oleh Presiden RI Prabowo Subianto. Danantara sendiri akan bertugas mengelola seluruh aset dan dividen BUMN. Sentimen kelima adalah nilai tukar rupiah yang semakin melemah dan menyentuh level Rp16.574 per dolar AS.

"Berdasarkan sentimen yang ada, para pelaku pasar merasa khawatir atas kondisi yang terjadi baik dari sisi global maupun domestik, mulai dari kebijakan tarif Donald Trump yang berpotensi memicu inflasi serta menurunkan ekspektasi pemangkasan tingkat suku bunga acuan, hingga kondisi pasar saham Indonesia yang dirasa kurang menarik bagi investor asing," kata Indri dalam keterangan tertulisnya pada Senin (3/3/2025).

Pada pekan ini, Indri mengimbau pelaku pasar saham bisa mencermati data-data dari global dan domestik agar tetap bisa mendulang cuan di tengah kondisi pasar yang lesu.

Dari global, terdapat Indeks NBS PMI Manufacturing China, Indeks PMI Manufacturing AS untuk periode Februari dan data Non-Farm Payrolls AS periode Februari. Data tersebut akan cukup penting bagi The Fed untuk membantu menilai kondisi ekonomi AS.

"Jika dinilai masih cukup kuat maka hal tersebut berpotensi membuat The Fed untuk tetap mengambil langkah defensif dengan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level yang sama seperti bulan sebelumnya," kata Indri.

Dari domestik, terdapat data Indeks PMI Manufaktur Indonesia periode Februari dan tingkat inflasi Indonesia periode Februari.

Berdasarkan sentimen yang ada saat ini, Indri menilai para pelaku pasar masih dihantui ketidakpastian pasar baik dari global maupun domestik. Ia sendiri memprediksi bahwa aksi jual atau sell off besar-besaran masih berpotensi berlanjut pada pekan ini. 

IPOT juga memprediksi IHSG akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan melemah sepanjang pekan ini, dalam rentang support 6.660 dan resistance 6.880.

IPOT merekomendasikan sejumlah saham pilihan perdagangan pada pekan ini:

1. PT Cisarua Mountain Dairy Tbk. (CMRY) 

Buy CMRY (Current price Rp4.560, entry Rp4.560 target price Rp4.760 (4,39%), stop loss Rp4.470 (-1,97%), risk to reward ratio 1:2,2). 

CMRY telah mengalami penguatan sebesar 4,83% setelah perusahaan melaporkan laba bersih yang meningkat 22% secara tahunan (year on year/yoy). 

Selain itu, candlestick CMRY membentuk marubozu berekor pada area support-nya diiringi dengan stochastic yang terjadi goldencross di area oversold-nyadan berdasarkan fibonacci-nya CMRY berpotensi mengalami penguatan hingga level Rp4760 sebagai puncak golden area-nya.

2. PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP)

Buy on breakout LSIP (Current price Rp975, entry Rp985, target price Rp1.015 (3,05%), stop loss Rp965 (-2,03%), risk to reward Ratio 1:1,5). 

LSIP mencatatkan laba bersih senilai Rp1,48 triliun pada 2024. Secara teknikal LSIP sedang berusaha untuk rebound dari area support-nya saat ini dan stochastic oscillator sudah terjadi goldencross pada area oversold-nya.

3. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ)

Buy on breakout ULTJ (Current price Rp1.420, entry Rp1.455, target priceRp1.530 (5,15%), stop loss Rp1.420 (-2,41%), risk to reward ratio 1:2,1). 

ULTJ membentuk candlestick hammer di level support-nya sebagai pertanda potensi pembalikan arah terjadi volume spike pada perdagangan ULTJ di akhir sesi pekan lalu. Kemudian, stochastic oscillator mengkonfirmasi telah terjadi goldencross di area oversold-nya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper