Bisnis.com, JAKARTA — Deretan saham bank jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) berguguran saat laju penurunan suku bunga acuan tertahan. Saham-saham bank jumbo pun banyak dijual oleh investor asing.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham BBCA melemah 3,76% ke level Rp8.950 per lembar pada perdagangan hari ini, Rabu (19/2/2025). Harga saham BBCA pun jeblok 7,49% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Kemudian, saham BMRI jeblok 5,05% ke level Rp5.175 per lembar pada perdagangan hari ini. Alhasil, saham BMRI melemah 9,21% ytd.
Lalu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) melemah 3,13% ke level Rp4.020 per lembar pada perdagangan hari ini dan melemah 1,47% ytd. Selain itu, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 4,84% ke level Rp4.520 per lembar pada perdagangan hari ini, meskipun masih di zona hijau, naik 3,91% ytd.
Seiring dengan melemahnya harga, saham bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV pun banyak dijual investor asing. Saham BBCA misalnya mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp690,36 miliar pada perdagangan hari ini. Adapun, saham BBCA telah mencatatkan net sell asing sebesar Rp5,18 triliun ytd.
Kemudian, saham BMRI telah mencatatkan net sell asing sebesar Rp218,5 triliun pada perdagangan hari ini dan net sell asing Rp2,92 triliun ytd.
Baca Juga
Jebloknya harga dan larinya investor asing dari saham bank jumbo terjadi seiring dengan keputusan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuannya di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada hari ini, Rabu (19/2/2025).
Adapun, pada bulan sebelumnya atau dalam RDG BI periode Januari 2025, BI menurunkan suku bunga acuannya 25 basis poin atau dari sebelumnya di level 6%.
VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan banyak investor asing melepas saham di bank jumbo salah satunya karena masih adanya narasi higher for longer untuk suku bunga acuan. Kondisi tersebut mendorong spekulasi pasar akan kekhawatiran permintaan kredit yang melambat, khususnya untuk mikro dan UMKM.
Selain itu, larinya dana asing dari saham bank jumbo didorong oleh rilis kinerja yang tidak sesuai ekspektasi. Beberapa big bank mencatatkan pertumbuhan single digit dan tekanan dari cost of credit yang cenderung meningkat.