Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah direksi di emiten bank jumbo PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) tercatat memborong saham BMRI di tengah momen pelemahan harga saham serta momen jelang bagi-bagi dividen.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Manajemen BMRI melaporkan adanya transaksi pembelian saham oleh Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar dengan total sebanyak 310.000 lembar dalam tiga kali transaksi. Pembelian saham dilakukan pada 11 Februari 2025 di harga Rp4.870 per lembar.
Alhasil, Alexandra merogoh kocek Rp1,5 miliar dalam transaksi tersebut. "Tujuan transaksi adalah untuk investasi," tulis Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara di keterbukaan informasi pada Jumat (14/2/2025).
Sebelumnya, atau pada 10 Februari 2025, Direktur Kepatuhan dan SDM Agus Dwi Handaya pun tercatat memborong 800.000 lembar saham BMRI di harga Rp5.000 per lembar. Alhasil, Agus merogoh kocek sebanyak Rp4 miliar dalam transaksi tersebut.
Seiring dengan aksi borong saham oleh direksinya, kinerja saham BMRI pada awal tahun ini lesu. Harga saham BMRI memang menguat 1,99% ke level Rp5.125 per lembar pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (14/2/2025). Namun, harga saham BMRI telah menyusut 10,09% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Saham BMRI pun banyak dilego oleh investor asing. Tercatat, nilai jual bersih atau net sell asing saham BMRI mencapai Rp2,91 triliun ytd atau sejak perdagangan perdana 2025.
Baca Juga
Aksi borong saham BMRI oleh direksinya itu juga dilakukan seiring dengan ancang-ancang raupan dividen. Berkaca pada tahun lalu, dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang digelar pada Maret 2024, BMRI memutuskan menebar dividen tahun buku 2023 sebesar Rp33,03 triliun atau Rp353,95 per lembar.
Kemudian, pada saat ini, BMRI ancang-ancang menggelar RUPST, yang rencananya jatuh pada 25 Maret 2025.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan terkait penentuan dividen, perseroan terus memperhatikan tingkat permodalan yang optimal untuk mendukung pertumbuhan bisnis secara jangka panjang.
Selain itu, pertimbangan permodalan menjadi bagian dari arahan kebijakan Kementerian BUMN yang menginginkan bank pelat merah mendukung pertumbuhan kredit yang sehat dan agresif dengan kadar kecukupan modal yang baik.
“Kami ingin sampaikan selama lima tahun terakhir BMRI telah membagikan dividen yang baik, di mana dividend payout ratio secara konsisten kita bayarkan 60% [dari laba] dan tentu ke depan kami ingin mempertahankan level tersebut,” ujar Sigit.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.