Bisnis.com, JAKARTA – Laju indeks saham pelat merah atau IDX BUMN 20 masih lesu pada awal 2025. Meski begitu, terdapat peluang penguatan seiring dengan prospek deretan saham perbankan pelat merah hingga PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM).
Berdasarkan data Bloomberg Terminal, IDX BUMN 20 memang mencatatkan penguatan 2,32% ke level 332,87 pada perdagangan kemarin Rabu (12/2/2025). Namun, pada perdagangan sesi pertama hari ini, Kamis (13/2/2025), IDX BUMN 20 melemah 1,04%.
IDX BUMN 20 juga masih di zona merah, turun 5,81% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Indeks IDX BUMN 20 juga mencatatkan kinerja jeblok, turun 15,12% sepanjang 2024 ditutup di level 353,38 pada penutupan perdagangan terakhirnya per 30 Desember 2024.
Kinerja lesunya indeks saham-saham pelat merah itu didorong oleh ambrolnya saham sejumlah bank milik negara atau Himbara. Saham BMRI misalnya turun 13,33% YtD sampai perdagangan kemarin. Lalu, saham BBRI turun 1,23% YtD. Selain itu, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 1,15% YtD.
Selain itu, saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) melemah 22,49% YtD serta saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) melemah 8,52% YtD.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai pelemahan IDX BUMN 20 di awal 2025 dipengaruhi oleh kinerja keuangan yang kurang memuaskan dari Himbara, yang menjadi kontributor utama indeks.
Berdasarkan laporan keuangan, BBRI misalnya membukukan laba bersih konsolidasi yang diatribusikan kepada entitas pemilik sebesar Rp60,15 triliun per 2024, hanya tumbuh 0,09% secara tahunan (year on year/YoY).
Lalu, laba bersih BMRI mencapai Rp55,78 triliun per 2024, naik 1,31% YoY. Kemudian, laba bersih BBNI naik 2,65% YoY menjadi Rp21,46 triliun per 2024.
"Pertumbuhan laba yang tipis menunjukkan tekanan dari biaya dana tinggi serta pelambatan pertumbuhan kredit," katanya kepada Bisnis pada Rabu (12/2/2025).
Meski begitu, menurutnya indeks berpotensi rebound jika ada perbaikan fundamental, seperti pemulihan konsumsi, stimulus fiskal, atau kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif. Selain itu, indeks bisa rebound apabila ada perbaikan aliran dana asing ke saham-saham perbankan berkapitalisasi besar atau big caps.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga menilai ke depan, terdapat peluang penguatan indeks saham pelat merah didorong oleh pemulihan ekonomi hingga penerapan kebijakan moneter longgar.
Selain itu, terdapat dorongan penguatan indeks dari tebaran dividen emiten pelat merah tahun ini.
"Ini [tebaran dividen] bisa menjadi sweetener investor," tutur Nafan.
Dia merekomendasikan sejumlah saham yang memiliki prospek penguatan harga seperti saham sektor perbankan, BBRI, BBNI, dan BMRI.
"Saham BBRI berpotensi bangkit kembali dari level bawahnya saat ini," ujar Nafan.
Saham BBRI direkomendasikan buy on weakness dengan target harga terdekat Rp4.160 per saham.
Kemudian, saham BBNI direkomendasikan buy on weakness dengan target harga terdekat Rp4.510 per saham. Lalu, saham BMRI direkomendasikan accumulative buy dengan target harga terdekat di level Rp4.990 per saham.
Selain itu, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) direkomendasikan add dengan target harga terdekat di level Rp3.030 per saham. Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) direkomendasikan accumulative buy dengan target harga terdekat Rp1.640 per saham.
Saham TLKM pun direkomendasikan buy on weakness dengan target harga terdekat di level Rp2.450 per saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.