Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Mencerna Kebijakan Tarif Baru Trump, Harga Minyak Dunia Menguat

Harga minyak di tengah sikap pasar yang memperhitungkan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump sebesar 25% pada seluruh impor baja dan aluminium AS.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia terpantau menguat di tengah sikap pasar yang memperhitungkan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump sebesar 25% pada seluruh impor baja dan aluminium AS. 

Kebijakan tersebut dapat membebani perekonomian global dan permintaan energi di konsumen minyak terbesar dunia itu.

Mengutip Reuters pada Selasa (11/2/2025), harga minyak mentah berjangka Brent naik 11 sen, atau 0,14%, menjadi US$75,98 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 5 sen atau 0,07% menjadi US$72,37.

Presiden Donald Trump secara substansial menaikkan tarif impor baja dan aluminium ke AS pada hari Selasa menjadi 25% tanpa pengecualian negara. Tarif ini bertujuan untuk menopang industri dalam negeri yang sedang terpuruk, namun berisiko memicu perang dagang di berbagai lini.

Kebijakan ini akan berdampak pada jutaan ton baja dan aluminium dari Kanada, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan negara lain yang sebelumnya mendapat pengecualian tarif. Tarif tersebut dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi, sehingga melemahkan harga minyak.

Trump pekan lalu menunda bea masuk sebesar 25% atas impor dari Meksiko dan Kanada, dan 10% atas minyak mentah Kanada hingga 1 Maret, sambil menunggu negosiasi dengan kedua negara tersebut.

Presiden Trump juga memperkenalkan tarif tambahan sebesar 10% terhadap China, yang dibalas oleh Beijing dengan mengenakan tarifnya sendiri terhadap beberapa impor AS, termasuk bea masuk sebesar 10% pada minyak mentah.

Tarif balasan terhadap beberapa ekspor AS akan mulai berlaku pada hari Senin, namun belum ada tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan antara Beijing dan Washington.

Permintaan minyak mentah juga dibayangi oleh peluang Federal Reserve AS yang akan menunggu hingga kuartal berikutnya sebelum memangkas suku bunga lagi. Hal tersebut terungkap dalam jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom yang sebelumnya memperkirakan pemotongan pada bulan Maret.

The Fed menghadapi ancaman kenaikan inflasi. Mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi dapat membatasi pertumbuhan ekonomi, yang akan berdampak pada pertumbuhan permintaan minyak.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper