Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup variatif pada perdagangan Kamis (6/2/2025). Investor mencerna berbagai laporan keuangan, sementara kekhawatiran akan perang tarif yang mereda membatasi reli emas yang sebelumnya mencetak rekor baru.
Melansir Reuters, Jumat (7/2/2025), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 125,65 poin atau 0,28% poin ke 44.747,63. Di sisi lain, indeks S&P 500 menguat 22,09 poin atau 0,36% ke 6.083,57, dan Nasdaq Composite menguat 99,66 poin atau 0,51% ke ke.791,99.
Saham-saham Eropa mencatat rekor tertinggi, didorong oleh laporan keuangan yang solid, sementara investor mempertimbangkan kemungkinan rencana perdamaian Ukraina.
FTSE 100 Inggris juga mencetak rekor setelah Bank of England (BoE) memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, namun tetap berhati-hati menghadapi potensi kenaikan inflasi dan ketegangan geopolitik.
Saham Amazon merosot dalam perdagangan setelah jam bursa karena investor mencermati kinerja kuartalan perusahaan dan menantikan data ketenagakerjaan Januari dari Departemen Tenaga Kerja yang akan dirilis Jumat.
Imbal hasil obligasi AS yang sebelumnya turun selama tiga hari berturut-turut mulai menunjukkan tanda pembalikan arah.
Baca Juga
Presiden Chase Investment Counsel Peter Tuz mengatakan pergerakan pasar hari ini didorong oleh laporan keuangan yang dirilis sejak semalam hingga pagi tadi.
"Rilis laporan keuangan sangat beragam, dengan beberapa perusahaan memangkas proyeksi pendapatan mereka,” ungkap Tuz seperti dikutip Reuters.
Saham Honeywell melemah setelah perusahaan mengumumkan rencana spin off menjadi tiga entitas berbeda serta memberikan proyeksi yang kurang optimistis untuk 2025.
Dari sisi ekonomi, angka klaim tunjangan pengangguran, pemutusan hubungan kerja (PHK), serta data produktivitas dan biaya tenaga kerja menjadi gambaran awal sebelum laporan ketenagakerjaan Januari yang dinantikan.
Di ranah geopolitik, ketidakpastian tetap membayangi, meskipun kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Presiden Donald Trump bisa memicu perang dagang global mulai mereda.
"Kita melihat ekonomi yang tetap tangguh meski di tengah ketidakpastian global, dengan ekspektasi akan potensi gejolak ke depan," ujar Wakil Presiden Senior Wealthspire Advisors Oliver Pursche.