Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Nasib Saham Bank Jumbo BBRI, BBCA Cs Usai BI Pangkas Suku Bunga Acuan

Ramalan gerak saham emiten bank jumbo BBRI, BBCA Cs usai Bank Indonesia memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 Bps. Bakal moncer sepanjang tahun 2025?
Nasabah mengisi formulir di Kantor Bank BRI Jakarta, Senin (7/7). Bisnis
Nasabah mengisi formulir di Kantor Bank BRI Jakarta, Senin (7/7). Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham emiten bank jumbo seperti BBRI hingga BBCA terpantau kinclong dalam sepekan perdagangan terakhir setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuannya. Lantas, bagaimana prospek saham perbankan sepanjang tahun ini?

BI memang telah memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya atau BI rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 14—15 Januari 2025. BI rate dipangkas 25 basis poin menjadi 5,75% setelah sebelumnya berada di level 6%.

Seiring dengan pemangkasan suku bunga acuan BI pada pekan ini, harga saham deretan bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV pun moncer dalam perdagangan sepekan. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) misalnya naik 2,76% dalam sepekan perdagangan terakhir ke level Rp4.090 per lembar pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (17/1/2026).

Harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga naik 2,06% dalam sepekan perdagangan ke level Rp9.900 per lembar pada akhir pekan ini.

Lalu, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) mencatatkan penguatan harga saham 5,86% dalam sepekan ke level Rp5.875 dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) mencatatkan penguatan harga saham 4,2% ke level Rp4.470 per lembar pada perdagangan akhir pekan ini.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan penurunan suku bunga acuan BI umumnya berdampak positif pada saham perbankan, karena dapat mendorong pertumbuhan kredit, meningkatkan daya beli masyarakat, dan memperkuat margin, serta mengurangi beban operasional perbankan di segmen tertentu.

Namun, dampaknya bergantung pada kemampuan bank untuk menyeimbangkan suku bunga simpanan dan pinjaman.

"Bank besar seperti BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI yang memiliki basis nasabah kuat dan portofolio kredit terdiversifikasi cenderung lebih mampu memanfaatkan peluang ini [penurunan suku bunga acuan]," kata Miftahul kepada Bisnis pada Jumat (17/1/2025).

Adapun, ke depan prospek saham perbankan, terutama bank jumbo pada 2025 tetap solid. Potensinya adalah perbaikan level suku bunga kredit dan global, pertumbuhan kredit didukung oleh pemulihan ekonomi domestik, serta permintaan kredit yang meningkat, terutama di sektor konsumsi dan infrastruktur.

Akan tetapi, masih ada tantangan yang dihadapi, yakni mencakup masih kurangnya performa sektor mikro, pelemahan nilai tukar rupiah, serta tensi geopolitik global.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan juga mengatakan pemangkasan BI rate akan menjadi katalis positif bagi saham perbankan ke depan. "Sebab, penurunan suku bunga acuan bisa menjadi dasar kebijakan penurunan cost of fund [biaya dana] atau suku bunga dasar kredit yang dapat juga memacu pertumbuhan ekonomi," tuturnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis menunjukan bahwa sebanyak 33 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk BBRI. Lalu, dua sekuritas merekomendasikan hold dan satu sekuritas merekomendasikan sell. Target harga saham BBRI berada di level Rp5.482,12 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Konsensus analis juga menunjukan bahwa sebanyak 31 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk BBCA. Lalu, lima sekuritas merekomendasikan hold. Target harga saham BBCA berada di level Rp11.968 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Sebanyak 32 sekuritas juga menyematkan rekomendasi beli untuk BMRI dalam konsensus. Lalu, tiga sekuritas merekomendasikan hold. Target harga saham BMRI berada di level Rp7.757,55 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Untuk BBNI, ada 30 sekuritas yang menyematkan rekomendasi beli dalam konsensus. Lalu, lima sekuritas merekomendasikan hold. Target harga saham BBNI berada di level Rp6.225,18 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

__________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper