Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Cuan SBN Ritel Meski Kupon Bergerak Turun

Instrumen investasi SBN Ritel seperti ORI, Sukri, dan Sukuk Tabungan dinilai masih menarik di tengah siklus penurunan suku bunga yang berimbas terhadap kupon.
Nasabah melakukan transaksi pembelian Sukuk Ritel (SR) 013 melalui OCTO MOBILE (layanan mobile banking dari CIMB Niaga) di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Nasabah melakukan transaksi pembelian Sukuk Ritel (SR) 013 melalui OCTO MOBILE (layanan mobile banking dari CIMB Niaga) di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Prospek Surat Berharga Negara (SBN) ritel dinilai akan masih menarik ke depannya meski diprediksi penawaran kupon akan melandai sebagai imbas penurunan suku bunga acuan.

Ekonom KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana mengatakan penurunan kupon SBN Ritel masih akan terjadi di tengah siklus pelonggaran moneter dengan pemangkasan suku bunga acuan seperti yang dilakukan oleh The Fed dan Bank Indonesia. 

“Sekarang suku bunga acuan BI dan The Fed dua-duanya lagi dovish ya, mungkin ada penurunan lanjutan. Jadi, saya pikir SBN biasa ataupun SBN Ritel arahnya akan ada terjadi penurunan yield atau kupon nantinya,” katanya saat dihubungi Bisnis, dikutip Rabu (25/9/2024).

Dia mengatakan SBN Ritel masih menarik dan kompetitif dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya karena ada ekspektasi penurunan lanjutan BI Rate. Menurutnya, momen ini perlu dimanfaatkan oleh para investor.

Saat ini, Fikri mengatakan potensi imbal hasil SBN Ritel relatif lebih menarik dibanding deposito. Dia menjelaskan, deposito rata-rata memberikan suku bunga 3,7%. Nilai tersebut dipotong pajak penghasilan (PPh) bunga deposito sebesar 20%. Alhasil, imbal hasil investor yang menempatkan dananya di deposito lebih kecil dibandingkan dengan SBN ritel. 

“Saya pikir untuk Deposito masih tetap kurang kompetitif. Tetapi memang secara likuiditas deposito lebih baik dibanding SBN ritel karena kalau SBN harus menunggu beberapa waktu terlebih dahulu untuk mencairkan atau menjual di secondary market,” ujarnya.

Di sisi lain, Fikri menilai jenis reksa dana campuran atau reksa dana saham lebih menarik untuk dipertimbangkan investor pada saat ini. Alasannya, penurunan suku bunga menunjukkan ekonomi sedang mengalami pemulihan.

Dengan begitu, Fikri menyebut saat ini menjadi waktu yang relatif tepat untuk mengumpulkan aset yang lebih berisiko dengan underlying obligasi maupun saham. 

“Di sisi lain kalau saat ini business cycle-nya lagi di risiko resesi, mungkin akan lebih menarik untuk SBN Ritel pada saat ini atau instrumen inflation protected seperti SBN,” tambahnya.

Untuk diketahui, SBN Ritel merupakan instrumen pembiayaan dari pemerintah berupa produk investasi yang dapat dibeli oleh warga negara Indonesia. Setelah Sukuk Ritel SR021, pemerintah akan menawarkan Obligasi Negara Ritel seri ORI026 yang akan mulai dibuka penawarannya pada 30 September 2024.

Adapun sejak awal tahun 2024, pemerintah telah mengeluarkan penawaran untuk ORI025, SR020, ST012, SBR013, serta SR021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper