Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Terjun ke Zona Merah: Saham BBRI, BBCA, ADRO, hingga TLKM Melemah

IHSG dibuka stagnan pada pembukaan perdagangan hari ini tetapi bergerak ke zona merah, Rabu (4/9/2024).
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka stagnan pada pembukaan perdagangan, tetapi bergerak ke zona merah, Rabu (4/9/2024). Saham-saham big caps seperti BBRI, BBCA, ADRO, hingga TLKM terpantau ikut terjun ke zona merah.

Berdasarkan data Bloomberg, pukul 09.00 WIB, IHSG dibuka di posisi 7.616,52. IHSG kemudian bergerak melemah dan menyentuh posisi terendah pada 7.548,98 sesaat setelah pembukaan.

Tercatat, 70 saham menguat, 211 saham melemah, dan 227 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar IHSG terpantau turun menjadi Rp12.899 triliun.

Saham big caps seperti BBRI terpantau melemah 0,97% ke Rp5.125 pada pembukaan perdagangan pagi ini. Selain BBRI, saham BBCA juga tercatat melemah 0,49% ke level Rp10.125 pada hari ini.

Selain itu, saham ADRO juga turun 2,78% ke level Rp3.500, TLKM melemah 1,30% ke level Rp3.040, dan ASII menyusul dengan penurunan 1,95%.

Sementara itu, big caps lain yang juga tercatat melemah seperti BBNI turun 1,40%, BRPT melemah 1,81%, dan MEDC yang terjun ke zona merah 3,98%.

Tim Riset CGS International Sekuritas Indonesia menjelaskan melemah cukup signifikannya indeks di bursa Wall Street dan turunnya harga mayoritas komoditas diprediksi akan menjadi sentimen negatif untuk indeks harga saham gabungan.

"IHSG diprediksi akan kembali melanjutkan pelemahannya dengan kisaran support 7.530-7.445 dan resistance 7.705-7.790," kata Tim Riset CGS International Sekuritas.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menjelaskan sentimen untuk IHSG juga datang dengan defisit neraca dagang AS diperkirakan naik ke -US$78,9 miliar di Juli 2024 dari -US$73,1 miliar di Juni 2024. Kondisi ini diperkirakan memicu pelemahan lanjutan pada USD Index, di tengah antisipasi pemangkasan suku bunga acuan the Fed dalam FOMC 17-18 September 2024.

Sentimen lain yang berpotensi menguntungkan Indonesia dalam jangka pendek adalah pelemahan signifikan harga minyak. Kondisi ini diperkirakan berdampak pada penurunan nilai impor Indonesia. Kondisi ini dapat menopang nilai tukar Rupiah di kisaran Rp15.500 per dolar AS.

Dia juga menyebut dalam beberapa hari ke depan akan dirilis data indeks sektor jasa dari AS, Eropa dan termasuk Tiongkok. Umumnya indeks sektor jasa bergerak berkebalikan dengan indeks manufaktur di negara-negara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper