Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Magnet Emiten Sektor Konsumer Jelang Era Prabowo

Dua indeks sektor konsumer bergerak ke kutub yang berbeda sepanjang 2024. Apa saja katalisnya ke depan?
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Dua indeks sektor konsumer bergerak ke kutub yang berbeda sepanjang 2024. Meski begitu, saham emiten-emiten sektor barang konsumsi dinilai prospektif di tengah arah kebijakan era Prabowo, terutama program makan bergizi gratis. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IDX Consumer Cyclicals menguat 8,58% year-to-date (YtD). Berbanding terbalik, indeks IDX Consumer Non-Cyclicals justru melemah dengan terkoreksi 1% sejak awal tahun. 

Vice President Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan sektor consumer good akan diuntungkan karena adanya program makan siang gratis di bawah pemerintahan Prabowo Subianto. 

"At least, yang sudah langsung kelihatan kan, beliau memindahkan sebagian subsidi mungkin BBM itu ke makan siang gratis ya. Jadi, sektor consumer good seharusnya akan diuntungkan pada awal-awal pemerintahan Pak Prabowo," katanya, Senin (2/9/2024). 

Meski begitu, dia mengatakan investor perlu mempertimbangkan faktor fundamental emiten, prospek bisnis, dan likuditas saham di sektor tersebut. 

Selain program makan bergizi gratis, Wawan menambahkan investor juga menanti pengumuman susunan kabinet Prabowo-Gibran, sikap pemerintahan baru terhadap Amerika Serikat dan China, serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan. 

Dia juga menilai transisi pemerintah yang berjalan dengan baik dan RAPBN yang disusun "business as usual" bisa menopang kinerja pasar saham. 

Dalam risetnya, analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto dan Sabela Nur Amalia mengatakan pada kuartal III katalis terhadap kinerja emiten konsumer relatif sepi.

“Kami melihat ada potensi katalis dari Pilkada serentak pada November 2024, ditambah anggaran bantuan sosial,” tulisnya dalam riset, dikutip Selasa (3/9/2024). 

Beranjak ke prospek 2025, Natalia dan Sabela mengantisipasi arah kebijakan anggaran pemerintah untuk lanjut mendukung daya beli rumah tangga.

Ditambah lagi, sektor ini juga diperkirakan mendapatkan angin segar dari penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berpotensi mendorong daya beli. 

“Kami meyakini downtrading akan tetap terjadi pada kuartal III/2024,” imbuhnya. 

Meski begitu, BRI Danareksa Sekuritas menyukai emiten konsumer dengan posisi kuat di pasar domestik sehingga bisa bertahan saat terjadi gejolak, mendapat kontribusi penjualan ekspor, mampu memitigasi gejolak harga bahan baku, dan volatilitas kurs. 

“Pilihan utama kami ialah ICBP dengan rekomendasi beli dan target harga Rp13.400 karena ICBP memiliki pertumbuhan volume penjualan yang kaut dan margin berpotensi membaik,” tulisnya.

Selain ICBP, MYOR juga mendapat rekomendasi beli dengan target harga Rp3.350 per saham. MYOR dinilai memiliki pangsa pasar yang kuat di domestik maupun ekspor. 

-------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper