Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Berpotensi Menyusut, Harga Minyak Dunia Justru Terkoreksi

Harga minyak dunia bergerak melemah seiring dengan sikap investor yang mempertimbangkan kekhawatiran pasokan terhadap tanda-tanda melemahnya permintaan.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia cenderung bergerak melemah pada awal perdagangan Jumat (30/8/2024) seiring dengan sikap investor yang mempertimbangkan kekhawatiran pasokan di Timur Tengah terhadap tanda-tanda melemahnya permintaan.

Mengutip Reuters pada Jumat (30/8/2024), harga minyak mentah berjangka Brent untuk bulan November terpantau turun 7 sen atau 0,09% menjadi US$78,75 per barel. Sementara itu, harga  minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) AS turun 11 sen, atau 0,14%, menjadi US$75,80 per barel.

Adapun, kedua kontrak ditutup lebih tinggi US$1 pada hari Kamis (29/8/2024) kemarin didorong oleh kekhawatiran pasokan minyak.

Lebih dari separuh produksi minyak Libya, atau sekitar 700.000 barel per hari (bph), dihentikan pada hari Kamis dan ekspor dihentikan di beberapa pelabuhan menyusul perselisihan antara faksi politik yang bersaing.

Kerugian produksi Libya bisa mencapai antara 900.000 dan 1 juta barel per hari dan berlangsung selama beberapa minggu, menurut perusahaan konsultan, Rapidan Energy Group.

Sementara itu, pasokan Irak juga diperkirakan menyusut setelah produksi negara itu melampaui kuota yang disepakati dengan OPEC+, sebuah sumber yang mengetahui langsung masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis.

Sementara itu, Irak berencana mengurangi produksi minyaknya menjadi antara 3,85 juta dan 3,9 juta barel per hari pada bulan depan.

Meski demikian, harga minyak tetap berada pada jalur penurunan selama dua bulan berturut-turut. 

Harga minyak turun 1% pada Rabu lalu setelah data menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS sekitar sepertiga lebih kecil dari perkiraan, dengan persediaan merosot 846,0000 menjadi 425.2 juta, dibandingkan dengan penurunan 2.3 juta barel yang diperkirakan oleh para analis dalam jajak pendapat Reuters.

“Pasar mengkhawatirkan prospek jangka menengah, dengan neraca minyak untuk tahun 2025 terlihat lemah. Kami yakin OPEC tidak punya pilihan selain menunda penghentian produksi secara sukarela jika mereka menginginkan harga lebih tinggi,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, akan secara bertahap menghentikan pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari selama satu tahun mulai Oktober 2024 hingga September 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper