Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.237, Dolar AS Juga Perkasa

Rupiah ditutup menguat ke level Rp16.237 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (1/8/2024) di tengah ekspektasi penurunan suku bunga september mendatang.
Rupiah ditutup menguat ke level Rp16.237 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (1/8/2024) di tengah ekspektasi penurunan suku bunga september mendatang.
Rupiah ditutup menguat ke level Rp16.237 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (1/8/2024) di tengah ekspektasi penurunan suku bunga september mendatang.

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah kembali ditutup menguat ke posisi Rp16.237 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (1/8/2024). The Fed memberikan sinyal kemungkinan penurunan suku bunga pada September mendatang.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan naik 0,14% atau 23 poin ke posisi Rp16.237 per dolar AS. Pada saat yang sama, ndeks dolar terpantau menguat 0,29% ke posisi 104,157.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,15%, won Korea menguat 0,31%, peso Filipina naik 0,05%, dan ringgit Malaysia menguat 0,41%.

Sementara itu mata uang yang melemah adalah dolar Hong Kong sebesar 0,02%, dolar Singapura sebesar 0,17%, rupee India melemah 0,01%, yuan China turun 0,25% dan baht Thailand melemah 0,23%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan bahwa pemotongan suku bunga dapat dilakukan paling cepat pada bulan September jika inflasi tetap sesuai dengan ekspektasi.

Powell, yang berbicara pada konferensi pers setelah keputusan Fed untuk tidak mengubah suku bunga acuannya, menyalakan harapan investor untuk pemotongan suku bunga pada bulan September dengan menyatakan bahwa para pembuat kebijakan semakin yakin bahwa inflasi terus mendekati target 2%.

Gubernur Kazuo Ueda mengatakan bank akan terus menaikkan suku bunga setelah kenaikan 15 basis poin pada hari Rabu, terutama jika ekonomi dan inflasi terus membaik sejalan dengan prospek BOJ.

Namun, komentar Ueda, yang muncul setelah pasar tutup, mengindikasikan bahwa bank sentral semakin dekat untuk mengakhiri langkah-langkah stimulus selama beberapa dekade lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Suku bunga acuan jangka pendek BOJ berada di sekitar 0,25% setelah kenaikan pada hari Rabu.

Pemulihan ekonomi Tiongkok terhenti karena data PMI yang lebih negatif. Data indeks manajer pembelian Caixin pada hari Kamis menunjukkan kontraksi yang tidak terduga di sektor manufaktur Tiongkok. Angka tersebut muncul hanya sehari setelah data PMI pemerintah menunjukkan tren yang sama. PMI Caixin merupakan titik lemah utama, mengingat sejauh ini pada tahun 2024, PMI tersebut telah melukiskan gambaran yang lebih positif tentang sektor manufaktur Tiongkok.

Sementara itu, dari dalam negeri Aktivitas manufaktur nasional tercatat mengalami kontraksi setelah bertahan di level ekspansi selama 34 bulan berturut-turut. Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 kini berada di level 49,3 atau turun 1,4 poin dari bulan sebelumnya.

Berdasarkan laporan S&P Global, PMI manufaktur tercatat terkontraksi di bawah level 50 terakhir kali pada Agustus 2021 saat masa pandemi. Kala itu, PMI manufaktur Indonesia berada di level 43,7.

“Setelah itu, kinerja manufaktur terus berekspansi.  Kondisi operasional manufaktur pada Juli 2024 terkontraksi disebabkan tingkat output dan permintaan baru turun pada tingkat sedang,” kata Ibrahim dalam riset harian, Kamis (1/8/2024).

Faktor utama yang menjadi penyebab penurunan indeks PMI manufaktur, yaitu permintaan pasar yang menurun drastis sehingga penjualan merosot untuk pertama kali dalam 1 tahun terakhir. Hal ini diikuti dengan ekspor yang masih melemah dan penundaan pengiriman barang.

Sejalan dengan hal tersebut, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah pada perdagangan besok, Jumat (2/8/2024) rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp16.180 - Rp16.260 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper