Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Jumat 7 Juni 2024

Rupiah diprediksi fluktuatif namun akan ditutup melemah di rentang Rp16.270-Rp16.340 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (7/6/2024).
Anggara Pernando,Dionisio Damara Tonce
Jumat, 7 Juni 2024 | 06:08
Rupiah diprediksi fluktuatif namun akan ditutup melemah di rentang Rp16.270-Rp16.340 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (7/6/2024).Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Rupiah diprediksi fluktuatif namun akan ditutup melemah di rentang Rp16.270-Rp16.340 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (7/6/2024).Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Jumat (7/6/2024) diprediksi fluktuatif namun akan ditutup melemah di rentang Rp16.270-Rp16.340 per dolar AS.

Pada perdagangan kamis (6/6) rupiah ditutup menguat tipis 1,50 poin atau 0,01% menuju level Rp16.285 per dolar AS. Pada saat bersamaan indeks dolar AS melemah 0,16% ke posisi 104,10.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan data terbaru dari Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) menunjukkan penurunan signifikan sebanyak 296.000 menjadi 8,059 juta pada akhir April 2024.

“Terendah sejak Februari 2021. Penurunan ini menambah kekhawatiran pasar setelah laporan indeks manajer pembelian dan penurunan peringkat produk domestik bruto yang lemah,” ujarnya dalam publikasi riset harian, dikutip Kamis (6/6/2024).

Menurutnya, pelaku pasar kini berfokus pada laporan ketenagakerjaan AS yang rilis Jumat ini. Diperkirakan ada 185.000 lapangan kerja baru tercipta pada Mei, naik dari 175.000 per April. Namun, data nonfarm payrolls akan menjadi indikator kunci pasar tenaga kerja AS.

Sementara itu, The Fed dijadwalkan mengadakan pertemuan pekan depan dan diperkirakan mempertahankan suku bunga tetap stabil di tengah tekanan inflasi. CME FedWatch Tools menunjukkan pedagang kian bertaruh pada penurunan suku bunga pada September.

Dari dalam negeri, pemerintah telah menetapkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun anggaran 2025 di kisaran 2,45%-2,82%, lebih tinggi dibandingkan target defisit 2024 sebesar 2,29%.

“Defisit yang melebar ini mempertimbangkan kebutuhan untuk melanjutkan program-program pemerintahan Presiden Joko Widodo serta peningkatan pembayaran bunga utang,” tuturnya.

Ibrahim mengatakan dengan belanja yang berbasis utang, penting untuk memastikan belanja modal dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar kembali utang tersebut.

Selain itu, ruang belanja yang lebih tinggi di APBN 2025 berpotensi mempersempit fleksibilitas anggaran pemerintahan baru. Pemerintahan baru juga harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 paling lambat tiga bulan setelah pelantikan.

Sementara itu, para ekonom dari Singapura dan Malaysia memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan menghadapi tantangan dalam waktu dekat akibat kekhawatiran melemahnya pasar negara berkembang.

Moh Siong Sim, ahli strategi valuta asing Bank of Singapore menyatakan kecemasan para pelaku pasar ini terus membebani rupiah. Terutama kebijakan sejumlah perusahaan multinasional yang membayarkan dividen kepada para investornya di berbagai belahan dunia.

"Gambaran arus lokal untuk rupiah masih cukup menantang dalam waktu dekat di tengah pembayaran dividen oleh perusahaan-perusahaan Indonesia yang akan berlanjut hingga pertengahan Juli," kata Siong seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (6/6/2024).

Bank Indonesia (BI) sebelumnya mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga acuan BI Rate untuk menstabilkan rupiah yang sedang tertekan.

Gubernur BI Perry Warjiyo menurut laporan itu memperkirakan nilai tukar rupiah baru akan stabil beberapa waktu ke depan dan diprediksi akan menguat menuju kisaran 15.300 hingga 15.700 per dolar AS pada 2025.

Nilai tukar rupiah sendiri dalam jangka pendek masih akan berfluktuasi. Para pedagang saat ini menunggu data penting dari Amerika Serikat minggu ini, termasuk data tingkat pengangguran yang akan memandu arah rupiah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper