Bisnis.com, JAKARTA - Laporan keuangan PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) di cap wajar dengan pengecualian oleh Auditor Kreston Indonesia. Nilai Rp21,21 miliar seharusnya dimasukkan sebagai beban pokok dan berpengaruh terhadap laba bersih.
Laporan Auditor menyebutkan dalam laporan keuangan, IRRA tidak mengakui kerugian penurunan nilai dari beberapa jenis persediaan in vitro diagnostics (IVDs) yang sudah kadaluarsa dan tidak dapat dijual lagi sebesar Rp21,21 miliar (Rp21.215.423.652).
“Catatan akuntansi perusahaan menunjukkan bahwa seandainya perusahaan menyajikan persediaan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto, suatu beban sebesar Rp21.215.423.652 akan diperlukan untuk menurunkan nilai persediaan ke nilai realisasi netonya,” jelas tim auditor, dikutip Jumat (5/4/2024).
Dari sebab itu, jika emiten farmasi ini mengakui nilai tersebut maka beban pokok penjualan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2023 akan meningkat sebesar Rp21,21 miliar, laba tahun berjalan akan turun sebesar Rp2121 miliar serta total ekuitas akan turun sebesar Rp21,21 miliar.
Penjualan bersih IRRA tercatat sebesar Rp696,30 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan 2022 sebesar Rp753,57 miliar.
Sementara itu beban pokok penjualan ikut turun seiring dengan penurunan menjadi sebesar Rp560,49 miliar dibandingkan dengan Rp594,35 miliar pada 2022.
Baca Juga
Alhasil laba tahun berjalan 2023 tercatat sebesar Rp5,19 miliar turun dibandingkan dengan 2022 sebesar Rp48 miliar.