Bisnis.com, JAKARTA – Tarik ulur kebijakan gas murah lewat program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) oleh tiga kementerian yakni Kementerian Perindustrian, ESDM dan Keuangan membuat Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) melontarkan pandangannya.
Ketua Umum Apolin Norman Wibowo mengatakan kebijakan harga gas murah sebesar US$ 6 per MMBTU telah terbukti berdampak positif terhadap pertumbuhan ekspor dan kapasitas produksi oleokimia dalam negeri.
”Harga oleokimia lebih kompetitif, maka volume ekspor maupun penerimaan negara juga akan meningkat,” katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (30/3/2024).
Adapun HGBT bila berdasarkan Kepmen ESDM Nomor 91/2023 telah dimanfaatkan 10 perusahaan oleokimia dengan total pasokan sebesar 40,84 BBTUD. Norman menilai efek dari HGBT adalah memberikan nilai tambah kepada negara dari aspek kinerja volume dan nilai ekspor di sektor oleokimia.
Berdasarkan data Apolin terjadi kenaikan volume ekspor oleokimia sebanyak 3,87 juta ton pada 2020, lalu 4,19 juta ton pada 2021, dan 4,26 juta ton pada 2022.
Alhasil nilai ekspor oleokimia juga bertambah setiap tahun. Pada 2020, nilai ekspor sebesar US$2,63 miliar lalu naik menjadi US$4,41 miliar pada 2021 dan US$5,4 miliar pada 2022.
Baca Juga
Oleh sebab itu, Norman berharap pemerintah baru akan tetap konsisten menjalankan kebijakan gas murah untuk 5 sampai 10 tahun mendatang. Dengan begitu ada peningkatan penerimaan dari devisa ekspor, PPh Badan, hingga realisasi investasi yang membuka penyerapan lapangan tenaga kerja baru.
Menurutnya kebijakan gas murah ini juga memberikan 6 efek kepada pembangunan daerah antara lain PDB regional daerah operasi industri, pajak/retribusi daerah tersebut, pembangunan infrastruktur, laju penurunan angka kemiskinan, indeks pembangunan manusia, dan pembangunan sarana social.
Sebagai informasi, dari tujuh sektor industri penerima HGBT, industri pupuk, petrokimia, baja, keramik, kaca, oleokimia, serta sarung tangan karet berhasil meningkatkan nilai tambah ekspor pada tahun 2021-2023 sebesar Rp84,98 Triliun, dengan nilai ekspor terbesar diraih oleh sektor oleokimia sebesar Rp48,49 Triliun.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kebutuhan gas murah dari program harga gas bumi tertentu (HGBT) sampai 2030 hanya 30% dari total produksi industri hulu migas.
Artinya, kata Agus, alokasi gas murah dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) relatif tersedia sampai dengan proyeksi 2030 mendatang.
“Kalau dari sisi pasokan kita hanya butuh 30%, ini proyeksi tahun 2030 ya, hanya 30% dari total produksi gas nasional,” kata Agus di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (22/3/2024).
Lewat proyeksi itu, kata Agus, tidak ada alasan untuk membatasi alokasi HGBT pada sejumlah industri yang saat ini belum menerima insentif harga gas murah tersebut.
Apalagi, dia menambahkan, penerapan HGBT selama 2020 sampai 2023 telah menghasilkan dampak lipatan ekonomi yang besar.
Menurut dia, dampak ekonomi ikutan program itu sampai 3 kali lipat untuk peningkatan investasi, ekspor sampai serapan tenaga kerja.
“Kami sudah memberikan perhitungan kepada mereka [ESDM], ada multiplier effect 3 kali lipat dan total kebutuhan gas industri proyeksi tahun 2030 hanya 30%,” tuturnya.