Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam mencatatkan kinerja lesu sepanjang 2023 dengan penurunan laba bersih dan pendapatan. Di lain sisi, harga emas Antam justru tengah meroket sejak akhir 2023, hingga mencatatkan rekor tertinggi baru Rp1,24 juta per gram pada Jumat (29/3/2024).
Mengacu laporan keuangan di laman BEI, laba bersih Antam turun 19,45% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp3,07 triliun pada 2023, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp3,82 triliun.
Turunnya laba bersih ANTM sejalan dengan penjualan yang merosot 10,63% menjadi Rp41,04 triliun 2023, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp45,93 triliun.
Manajemen ANTM mengatakan, produk emas menjadi kontributor terbesar penjualan perseroan dengan nilai Rp26,12 triliun atau setara 64%. Total volume produksi emas dari tambang Antam sebesar 1,21 ton, sementara penjualan emas mencapai 26,13 ton pada 2023.
Selanjutnya, kontribusi segmen nikel seperti produk feronikel dan bijih nikel pada 2023 mencapai Rp12,87 triliun atau naik 7% dibanding 2022 sebesar Rp12,03 triliun. Volume penjualan produk feronikel sebesar 20.138 ton nikel (TNi), sedangkan volume penjualan bijih nikel ANTM mencapai 11,71 juta wet metric ton (wmt).
"Pada 2023 kontribusi penjualan segmen bauksit dan alumina dengan proporsi 4% terhadap total penjualan ANTM dengan nilai penjualan mencapai Rp1,69 triliun," ujar manajemen ANTM dalam keterangannya, dikutip Jumat (29/3/2024).
Baca Juga
Sejalan dengan terkoreksinya pendapatan, beban pokok perseroan ikut terpangkas 7,91% menjadi Rp34,73 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp37,71 triliun.
Alhasil, laba kotor ANTM tercatat sebesar Rp6,31 triliun pada 2023, atau turun 23,09% YoY dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp8,21 triliun.
Di lain sisi, kas dan setara kas akhir tahun ANTM justru menanjak 105,71% menjadi Rp9,20 triliun, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp4,47 triliun.
Berdasarkan neraca, total aset Antam naik menjadi Rp42,85 triliun per 31 Desember 2023, dibanding posisi akhir 2022 sebesar Rp33,63 triliun.
Liabilitas perseroan naik menjadi Rp11,68 triliun, dibandingkan akhir 2022 sebesar Rp9,92 triliun. Sementara itu, ekuitas ANTM naik menjadi Rp31,16 triliun, dari posisi akhir Desember 2022 Rp23,71 triliun.