Bisnis.com, JAKARTA - Meski di tengah badai ketidakpastian ekonomi global, tetapi pasar modal Indonesia tetap mampu menggapai kinerja cemerlang pada 2023. Bagaimana tantangan pasar modal pada 2024?
Bagaimana kinerja pasar modal 2023? Data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Penutupan Perdagangan Tahun 2023 pada 29 Desember 2023 menunjukkan indeks harga saham gabungan (IHSG) naik 6,62% dari 6.850,62 poin per Desember 2022 menjadi 7.303,89 poin per Desember 2023. Kapitalisasi pasar (market capitalization) saham IHSG pun naik 23,82% dari Rp 9.499,14 triliun menjadi Rp 11.762 triliun.
Data statistik mingguan pasar modal 2023 hingga 24 November 2023 mencatat beberapa data tampak turun. Sebut saja, volume transaksi turun 29,97% dari 5.885,86 miliar saham per Desember 2022 menjadi 4.121,94 miliar saham per 24 November 2023.
Pun nilai perdagangan menipis 37,47% dari Rp3.617,90 triliun menjadi Rp 2.262,32 triliun dan frekuensi transaksi turun 20,82% dari 321.322,60 ribu kali menjadi 254.422,18 ribu kali.
Namun, jumlah perusahaan yang baru tercatat (new listing) naik 33,90% dari 59 menjadi 79. Total perusahaan tercatat naik 9,21% dari 825 menjadi 901. Itulah sekejab kinerja pasar modal 2023.
Lantas, apa saja tantangan pasar modal pada 2024? Apa pula faktor kunci keberhasilan (key success factors) yang wajib dipenuhi untuk sanggup menjawab aneka tantangan tersebut?
Baca Juga
Pertama, kini pasar modal makin menjadi wadah yang empuk dalam menghimpun dana (fund raising). Jumlah IPO baru naik 33,90% dari 59 menjadi 79. Hingga penutupan 29 Desember 2023, tercatat 10 saham berkapitalisasi pasar terbesar di BEI. Kapitalisasi pasar menunjukkan nilai suatu perusahaan dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar.
Berikut urutan 10 saham berkapitalisasi pasar terbesar. Bank Central Asia (BBCA) tetap menjadi juara dengan kapitalisasi pasar Rp1.180.359 triliun (naik 1,31%). Posisi itu disusul Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Rp 868.927 triliun (1,74%), Barito Renewables Energy (BREN) Rp675.620 triliun (turun 6,93%), Bayan Resources (BYAN) Rp658.333 triliun (turun 0,25%), Bank Mandiri (BMRI) Rp595.752 triliun (1,94%).
Kemudian disusul Amman Mineral Internasional (AMMN) Rp524.986 triliun (0,34%), Telkom Indonesia (TLKM) Rp395.258 triliun (0,50%), Chandra Asri Petrochemical (TPIA) Rp320.958 triliun (turun 4,04%), Astra Internasional (ASII) Rp224.684 triliun (0,90%) dan Bank Negara Indonesia (BBNI) Rp208.755 triliun (0,00%) (tradingview.com).
Kedua, apa makna data itu? Dari 10 emiten tersebut terdapat empat bank papan atas sebagai pendorong pertumbuhan pasar modal. Mereka adalah BCA (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Negara Indonesia (BBNI).
Ketiga, beberapa emiten yang “langganan” masuk 10 besar ternyata tersisih. Sebut saja, Unilever Indonesia (UNVR) di peringkat 11 dan Elang Mahkota Teknologi (EMTK) 58.
Bagaimana perusahaan teknologi informasi (TI) dan bank digital yang pernah mengungguli bank papan atas dalam kapitalisasi pasar? Goto Gojek Tokopedia (GOTO) hanya menduduki peringkat 16, Indosat (ISAT) 22, Bank Jago (ARTO) 40, Bank Harda Internasional (BBHI) 68 dan Bukalapak.com (BUKA) 87.
Keempat, jumlah investor di pasar modal pun naik 17,94% dari 10,31 juta per Desember 2022 menjadi 12,16 juta per Desember 2023. Menurut PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor pasar modal didominasi kalangan milenial (usia di bawah 30 tahun) dan generasi Z (Gen Z) yang berusia sekitar 31—40 tahun per 30 September 2023.
Jangan lupa investor milenial itu merupakan investor ritel (individu) bukan investor korporasi. Dengan bahasa lebih bening, kemungkinan besar mereka masih hijau dalam pengalaman dalam “bermain” di pasar modal.
Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hendaknya terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada investor terutama milenial. Tentu saja, hal itu merupakan upaya untuk mengerek tingkat literasi investasi (investment literacy) dalam hal ini saham.
Kelima, UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Jasa Keuangan (UU P2SK) menitahkan tugas, pengaturan dan kewenangan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dialihkan kepada OJK.
Selama ini, Bappebti merupakan unsur pendukung pada Kementerian Perdagangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perdagangan. Bappebti yang merupakan lembaga pemerintah mempunyai tugas pokok untuk melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan dan pengawasan perdagangan berjangka.
Pengalihan itu akan berlangsung paling lama 24 bulan (2 tahun) sejak penerbitan UU P2SK itu (12 Januari 2023). Itu berarti pengalihan tersebut wajib selesai pada Januari 2025 yang diharapkan menjadi “jalur tol” bagi pengembangan aset keuangan digital dengan lebih cepat.
Keenam, OJK pun wajib mengembangkan pasar modal syariah walaupun pasar modal syariah bukan suatu sistem terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Ingat bahwa sebagian besar penduduk Indonesia itu muslim. Hal itu sebagai basis nasabah (customer base) yang kokoh dalam pengembangan ekonomi, perbankan dan pasar modal syariah yang cantik.
Lihat saja, total oustanding obligasi dan sukuk naik 3,42% dari Rp 5.779,19 triliun menjadi Rp 5.976,83 triliun. Total itu meliputi obligasi dan sukuk pemerintah yang naik 3,51% dari Rp 5.330,55 triliun menjadi Rp 5.517,73 triliun.
Sementara, obligasi korporasi, sukuk dan EBA (efek beragun aset) pun naik 2,33% dari Rp 448,64 triliun menjadi Rp 459,10 triliun. Ringkas tutur, pasar modal syariah pun mempunyai prospek yang gemerincing.
Nah, berbekal aneka faktor kunci keberhasilan demikian, kontribusi pasar modal nasional akan semakin tinggi dalam menyuburkan pertumbuhan ekonomi nasional.