Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Saham & Efek Aksi the Fed hingga Menepis Senja Kala Batu Bara

Berita terkait kondisi pasar modal terdampak sikap the Fed hingga dorongan transisi energi menjadi berita pilihan editor BisnisIndonesia.id.
Top 5 News. Sumber: Canva.
Top 5 News. Sumber: Canva.

Bisnis, JAKARTA—Sejumlah saham dari berbagai sektor di pasar modal berpotensi diuntungkan oleh sikap dovish atau lunak dari Bank Sentral Asia Serikat, the Fed, yang memberi sinyal bakal mulai memangkas suku bunga acuannya pada 2024 mendatang.

The Fed kembali mempertahankan suku bunga pada tingkat 5,25-5,5% dalam pertemuan terakhir pada Desember 2023. Pada hari Rabu (13/12/2023) waktu setempat, the Fed mengindikasikan fase pengetatan melalui suku bunga tinggi telah berakhir.

Berita terkait kondisi pasar modal terdampak sikap the Fed hingga dorongan transisi energi menjadi berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Sejumlah berita menarik lainnya juga turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id

Berikut ini highlight BisnisIndonesia.id, Senin (18/12/2023):

1. Daftar Saham yang Bakal Melonjak Efek Sikap Dovish The Fed

Ini merupakan ketiga kalinya the Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga. Bahkan, kali ini otoritas moneter dari AS itu mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga akan terjadi pada 2024. Ini merupakan

The Fed menyatakan indikator-indikator terbaru menunjukkan pertumbuhan ekonomi melambat, kenaikan lapangan kerja telah moderat tapi tetap kuat, dan tingkat pengangguran tetap rendah. Selain itu, sistem perbankan AS sehat dan tangguh.

Adapun, the Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali secara simultan dalam 2 tahun terakhir. Ini merupakan laju pengetatan yang tercepat sejak awal 1980-an.

Sementara itu, the Fed mengisyaratkan akan ada tiga kali pemangkasan suku bunga untuk tahun depan, lebih banyak dari perkiraan sebagian besar investor. Hal ini pun menimbulkan reaksi di pasar. Bagi Indonesia, kebijakan ini berpotensi memberikan manfaat bagi sejumlah emiten.

Sejumlah analis melihat saham-saham sektor perbankan, property, hingga teknologi bakal menerima berkah dari kebijakan tersebut.

Macro Strategist Samuel Sekuritas, Lionel Priyadi, menuturkan bahwa the Fed memproyeksikan pemangkasan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) menuju 4,75%. Namun, pasar berspekulasi besaran itu tidak cukup dan memasang angka 150 bps menjadi 4%.

2.Menatap Masa Depan Startup

Perusahaan rintisan atau startup tengah berjuang di tengah persaingan bisnis dan kondisi ekonomi yang fluktuatif serta memanasnya politik global. Banyak bisnis yang mengatur ulang strategi, menerapkan efisiensi atau memutuskan gulung tikar.

Seperti Pegipegi, perusahaan pemesanan tiket dan penginapan secara daring, yang memutuskan menutup layanannya pada 11 Desember 2023..

Jika melihat momentum di penghujung tahun, seharusnya layanan pemesanan tiket dan penginapan daring dalam kondisi terbaiknya untuk mengumpulkan cuan, mengingat besarnya animo masyarakat untuk berlibur.Namun, siapa sangka, PT Go Online Destinations (Pegipegi) lebih memilih menutup usahanya, setelah 12 tahun operasi.

Pakar Marketing dari Managing Partner Inventure, Yuswohady berpendapat, tutupnya Pegipegi karena masalah daya tahan. Secara umum investor makin seret karena krisis pandemi Covid-19, perang Ukraina, ditambah invasi militer Israel.

3. Siasat Grup Astra Bersaing di Lini Bank Digital

Grup Astra sudah memiliki rencana besar sebelum memutuskan untuk kembali merambah lini bisnis perbankan, setelah sebelumnya sempat meninggalkan industri ini. Perseroan pun sudah mempersiapkan langkah agar tidak sekadar menjadi pemain pinggiran di sektor ini.

Grup Astra kali ini memasuki bisnis bank dengan format baru, yakni bank digital. Sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII) selaku induk konglomerasi Grup Astra pernah memiliki 44,56% saham PT Bank Permata Tbk. (BNLI). Namun, pada 2020 aset tersebut dijual kepada Bangkok Bank senilai Rp16,83 triliun.

Tahun lalu, Astra kembali memasuki bisnis bank dengan mengakuisisi PT Bank Jasa Jakarta (BJJ). Astra berniat membidik pasar perbankan yang berbeda kali ini, yakni bank digital. Oleh karena itu, bank ini kemudian disulap menjadi bank digital dengan platform barunya yakni Bank Saqu.

"Ini jadi milestone penting hadirkan layanan perbankan digital, setelah sebelumnya Astra masuk ke BJJ pada September 2022 lalu," kata Direktur Astra sekaligus Director-in-Charge Astra Financial, Suparno Djasmin, dalam acara peluncuran Bank Saqu, Senin (20/11/2023).

Menurut Suparno, Astra masih berupaya masuk ke bisnis perbankan karena pasarnya dirasa besar. "Prospek perbankan Indonesia masih besar dan berkembang, unbanked dan underbanked masih besar," ujarnya.

4. Berharap Efek Berganda Belanja Pajak

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menargetkan belanja perpajakan pada 2024 sebesar Rp374,5 triliun, meningkat 6,1 persen dibandingkan dengan outlook pada 2023 (year-on-year/yoy) sebesar Rp352,8 triliun.

Pemerintah menyatakan bahwa kebijakan belanja perpajakan dirancang secara terarah dan terukur untuk turut dapat mengantisipasi ketidakpastian serta tantangan ekonomi global dan domestik yang mungkin terjadi pada tahun depan.

“Nilai belanja perpajakan secara keseluruhan meningkat secara terukur seiring dengan pertumbuhan ekonomi, kegiatan produksi, dan konsumsi masyarakat,” seperti dikutip Bisnis dari Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2024, Minggu (17/12/2023).

Tercatat, nilai belanja perpajakan Indonesia pada 2022 mencapai Rp323.518,0 miliar atau sebesar 1,65 persen dari PDB. Secara nominal, belanja perpajakan pada 2022 meningkat 4,4 persen dibandingkan nilai belanja perpajakan pada 2021 sebesar Rp309.995,6 miliar, yang didorong oleh mulai pulihnya perekonomian nasional.

Peningkatan nilai belanja perpajakan pada 2022 juga dipengaruhi oleh penerapan kebijakan baru, pemutakhiran data SPT wajib pajak, dan hasil audit DJP.

Kebijakan baru tersebut diantaranya melalui UU HPP, di mana tarif PPN naik menjadi 11 persen, perubahan lapisan tarif PPh orang pribadi, dan batas peredaran bruto sebesar Rp500 juta tidak dikenai pajak PPh bagi UMKM Orang Pribadi, yang mempengaruhi benchmark perpajakan.

5. Menepis Senja Kala Batu Bara di Tengah Dorongan Transisi Energi

Tekad kuat pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemimpin global dalam transisi energi menjadi dilematis, terutama bagi kelangsungan industri batu bara di dalam negeri.

Kian kuatnya dorongan negara-negara di dunia untuk meninggalkan batu bara dan beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan rendah karbon membuat industri batu bara dihadapkan pada tekanan dan tantangan yang makin besar.

Di sisi lain, batu bara selama ini menjadi tulang punggung energi primer Indonesia, bahkan menjadi urat nadi pembangkit listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Hingga kini, kontribusi batu bara sebagai energi primer sistem kelistrikan di Indonesia mencapai 67%.

Namun, industri komoditas emas hitam itu kian terimpit karena dihadapkan pada kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Dengan proyeksi turunnya konsumsi batu bara global secara signifikan sejalan dengan dorongan transisi energi, membuat harga komoditas itu ikut terseret bahkan kecenderungannya terus turun hingga kini.

Belum lama ini Badan Energi Dunia, International Energy Agency (IEA) untuk pertama kalinya mengumumkan penurunan permintaan batu bara global sekaligus mulai mengalami koreksi hingga 2026.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : BisnisIndonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper