Bisnis.com, JAKARTA - Suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate naik menjadi 6% pekan ini setelah BI melakukan Rapat Dewan Gubernur. Analis melihat masih terdapat prospek pada saham-saham di sektor rate sensitive seperti properti, bank, hingga otomotif.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan sektor properti masih akan tumbuh di tengah suku bunga tinggi, meskipun dengan kecepatan yang berkurang.
Padahal di awal tahun, kata dia, pemulihan sektor properti kian terasa karena adanya harapan tingkat suku bunga yang tidak akan meningkat lagi.
"Namun, juga yang harus diperhatikan adalah segmen penjualan rumahnya seperti apa. Ini juga menjadi point penting disertai dengan strategi penjualan melalui digital menjadi kunci penjualan untuk menjaga stabilitas," kata Nico dikutip Minggu (22/10/2023).
Untuk sektor perbankan, menurutnya pertumbuhan di sektor ini masih akan tetap terjaga khususnya bank BUKU 4 yang memang memiliki segmented customer.
Dengan demikian, penyaluran kredit masih akan tetap bertumbuh meskipun melambat dengan adanya kenaikkan tingkat suku bunga.
Baca Juga
Apalagi, lanjut Nico, perbankan BUKU 4 mampu mempertahankan kinerjanya dengan baik menutup kuartal III/2023 ini.
Sementara itu, untuk sektor otomotif Nico memperkirakan masih akan tetap tumbuh meskipun melambat seiring dengan kenaikan suku bunga pinjaman. Apalagi situasi dan kondisi juga kian tidak pasti dengan kenaikkan harga minyak, ditambah tekanan akan geopolitik.
"Namun, pulihnya mobilitas tentu akan menjaga aktivitas ekonomi dari sisi otomotif. Meskipun penjualan mungkin mengalami penurunan, tetapi penjualan sparepart dan service akan menjadi andalan," tuturnya.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan kenaikan 25 bps pada suku bunga acuan tidak akan berpengaruh terhadap permintaan pada sektor-sektor rate sensitive.
Dengan demikian, lanjut Alfred, hal tersebut tidak akan mengubah atau mempengaruhi performa emiten-emiten di sektor-setor tersebut pada tahun penuh 2023.
"Perkiraan kami kenaikan suku bunga tidak akan berlangsung lama, di mana kami masih optimis tahun depan sudah mulai diturunkan," ucap Alfred.
Adapun dengan peningkatan suku bunga ini, Alfred melihat dapat terjadi perbaikan performa terhadap saham-saham rate sensitive dengan adanya window dressing.
"Potensi windows dressing tentu masih ada, karena memang tujuan windows dressing adalah untuk perbaikan performa. Sehingga hal ini masih akan dilakukan oleh investor terhadap perbaikan performa portofolio mereka," ujarnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.