Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke 6.911,50 pada penutupan sesi I perdagangan hari ini, Kamis (5/10/2023). Seiring dengan penguatan indeks, saham BBCA, AMMN, dan MEDC terpantau masuk ke dalam daftar saham paling laris siang ini.
Pada pukul 12.00 WIB, IHSG naik 0,36 persen atau 24,93 poin ke level 6.911,50 pada perdagangan siang ini. IHSG bergerak pada rentang 6.894,07 sampai 6.934,80 sepanjang sesi.
Terdapat 287 saham menguat, 218 saham melemah, dan 212 saham dalam posisi stagnan. Kapitalisasi pasar terpantau menjadi Rp10.320 triliun.
Saham paling laris pada perdagangan kali ini dipimpin oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan nilai transaksi mencapai Rp255 miliar. Adapun saham BBCA turun 0,54 persen ke harga Rp9.150
Saham terlaris kedua dipegang oleh PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) dengan nilai transaksi sebesar Rp250,4 miliar. Saham AMMN naik 2,85 persen ke harga Rp6.325.
Pada posisi ketiga saham terlaris diisi oleh PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) dengan nilai transaksi sebesar 216,4 miliar. Saham MEDC melemah 3,19 persen ke harga Rp1.365.
Baca Juga
Beberapa emiten lain yang masuk ke dalam daftar saham paling laris di antaranya, saham BBRI yang terpantau dalam posisi stagnan di harga Rp5.250. Selanjutnya, saham BOGA yang turun 0,40 persen ke level Rp1.230. Serta, saham BMRI yang naik 0,82 persen ke level Rp6.175.
Sementara itu, saham paling anjlok atau top losers hari ini ditempati oleh GTBO yang ambles 10 persen atau 54 poin ke level 486. Lalu, disusul oleh WIDI yang melemah 9,88 persen atau 8 poin ke posisi 73. Selanjutnya, ada saham SMKM dan FIRE yang masing-masing turun 9,57 persen ke level 104 dan 8,57 persen ke posisi 96.
Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan secara teknikal IHSG masih berpeluang menguat meskipun terbatas, selama tidak tembus ke bawah 6.850. Adapun, level support IHSG pada hari ini berada di 6.790, sedangkan level pivot di 6.850 dan level resisten 6.910.
"IHSG membentuk lower-shadow panjang kemarin. Oleh sebab itu, IHSG berpeluang teknikal rebound ke kisaran 6.910 pada Kamis [5/10], selama bertahan di atas 6.850," ujar Valdy dalam risetnya, Kamis, (5/10/2023).
Menurutnya, nilai tukar rupiah pada hari ini juga diprediksi bisa menguat seiring ekspektasi penurunan US Treasury Yield. Dia mengatakan, indeks dolar AS menguat sebesar 2,73 persen dalam sebulan terakhir, melanjutkan kecenderungan penguatan sejak pertengahan Juli 2023. Penguatan indeks dolar AS tersebut berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Rupiah melemah 2,23 persen pada periode yang sama.
Alhasil, kondisi tersebut diikuti kecenderungan net sell investor asing dari pasar modal Indonesia dengan akumulasi net sell investor asing yang mencapai Rp4 triliun dalam satu bulan terakhir.
Beralih ke sentimen global, indeks Nasdaq menguat 1,35 persen memimpin rebound indeks-indeks Wall Street pada Rabu (4/10). Rebound ini sejalan dengan penurunan US Bond Yield kemarin.
Kondisi ini dipicu oleh realisasi US ADP Employment Change yang turun signifikan ke 89.000 pada September 2023 dari 180.000 di Agustus 2023 dan penurunan ISM Services PMI ke 53,6 di September 2023 dari 54,5 pada Agustus 2023.
Data terbaru itu menekan peluang kenaikan sukubunga acuan The Fed pada FOMC 1 November 2023 menjadi 18,20 persen dari sebelumnya di kisaran 30 persen.
Sebaliknya, mayoritas indeks di Eropa ditutup melemah pada Rabu (4/10). Penurunan dipicu oleh penurunan penjualan ritel di Euro Area sebesar 2,1 persen year-on-year (yoy) pada Agustus 2023 dibanding penurunan sebesar 1 persen yoy pada Juli 2023.
Faktor lainnya adalah pernyataan Wakil Presiden European Central Bank (ECB), Luis de Guindos bahwa aktivitas ekonomi di Euro Area kemungkinan akan tetap lemah dalam beberapa bulan kedepan (4/10).
Dipicu peningkatan risiko ketidakpastian tersebut, harga komoditas terutama minyak bumi melemah signifikan kemarin. Harga brent oil melemah 5,6 persen ke US$85,81 per barel, sementara harga crude oil melemah 5,6 persen ke US$84,22 per barel kemarin.
Valdy mengatakan, mempertimbangkan sederet sentimen tersebut, sebaiknya investor jangan terlalu agresif, pelaku pasar dapat mencermati peluang buy on support pada TLKM, PGAS, JSMR, MIDI dan TBIG. (Daffa Naufal Ramadhan)