Bisnis.com, JAKARTA - Investor saham terkemuka Lo Kheng Hong menutup mata soal pemilu dan punya cara tertentu memilih saham yang berpotensi cuan.
LKH mengatakan hal utama yang dipertimbangkannya sebelum membeli saham ialah terkait kinerja keuangan dari setiap perusahaan. Misalnya seperti tata kelola perusahaan, laba yang akan diperoleh para investor, serta prospek dari sektor saham tersebut.
Investor kenamaan tanah air ini mengaku bahwa dirinya tidak mengaitkan pembelian saham dengan faktor-faktor tertentu, seperti faktor ekonomi, sosial, maupun politik.
Prinsip tersebut bahkan akan terus dipegangnya saat sektor saham diproyeksikan naik pada momen pemilihan umum (Pemilu) 2024 mendatang.
"Ketika saya membeli saham, saya tidak kaitkan dengan pemilu, ekonomi, sosial, dan politik. Saya betul-betul 100 persen melihat kinerja perusahaan dan valuasi," katanya dalam siaran langsung di Instagram @bca_sekuritas dikutip Minggu (6/8/2023).
Turut hadir dalam acara tersebut Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaadmadja. Adapun, emiten Grup Djarum milik orang terkaya di Indonesia Keluarga Hartono tersebut, menjadi emiten terbesar di Bursa Efek Indonesia dengan kapitalisasi pasar di atas Rp1.000 triliun.
Baca Juga
Di sisi lain, investor kawakan ini lebih memilih untuk membeli saham secara perlahan-lahan dari waktu ke waktu. Hal ini dilakukan agar dirinya tidak mendapatkan harga yang terlalu mahal.
Proses pembelian saham, lanjutnya, bahkan bisa dilakukan LKH selama berbulan-bulan lamanya karena prinsip yang dianutnya tersebut.
"Misalnya saya ingin menemukan harga saham Mercy seharga bajaj, tentu saya akan membeli dalam jumlah yang besar tetapi belinya itu saya harus bertahap karena saya ingin beli dalam jumlah yang banyak," kata LKH.
Adapun LKH tercatat sebagai pemegang saham dari emiten yang bergerak sektor perbankan, perkebunan, properti, media group, hingga perusahaan ban.
Beberapa saham yang menjadi koleksi LKH adalah saham PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP), PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL), PT Global Mediacom Tbk. (BMTR), PT Intiland Development Tbk. (DILD), PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN), PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA), sert PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT).
Hingga akhir semester I/2023, kinerja keuangan sejumlah emiten andalan LKH itu pun berhasil membukukan kinerja positif. Contohnya seperti CFIN yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 6.342,71 secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp649,64 miliar.
Peningkatan laba tersebut terjadi seiring meningkatnya pendapatan perseroan yang melesat 95,43 persen menjadi Rp1,39 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp714,19 miliar.