Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Karbon Siap Meluncur, Mandiri Investasi: Minat Investor Tinggi di Instrumen ESG

Produk investasi bertema ESG semakin minat investor seiring dengan rencana pengurangan emisi dan peluncuran Bursa Karbon.
Produk investasi bertema ESG semakin minat investor seiring dengan rencana pengurangan emisi dan peluncuran Bursa Karbon.
Produk investasi bertema ESG semakin minat investor seiring dengan rencana pengurangan emisi dan peluncuran Bursa Karbon.

Bisnis.com, JAKARTA - PT Mandiri Manajemen Investasi (Mandiri Investasi) meyakini produk investasi yang mengedepankan prinsip kepedulian terhadap lingkungan, sosial dan tata Kelola yang prudent (environmental, social & governance/ESG), akan semakin diminati investor.

Hal itu seiring meningkatnya kepedulian pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat terhadap upaya pengurangan emisi gas karbon, yang ditargetkan pemerintah menjadi net zero emission pada 2060. Apalagi, Bursa Karbon diharapkan meluncur pada 2023.

Direktur Utama Mandiri Investasi Aliyahdin Saugi, di sela acara Konferensi CFA Society Indonesia Ke-20 di Jakarta, mengatakan dari sisi produk investasi khususnya reksadana berlabel ESG, secara industri terjadi peningkatan dana kelolaan (AUM) signifikan.

Jika pada 2018, total AUM reksadana bertemakan ESG sebesar Rp28 miliar, jumlahnya meningkat pada 2020 sebesar Rp480 miliar dan tahun ini sudah mencapai Rp630 miliar. Rata-rata pertumbuhan sekitar Rp100 miliar–Rp200 miliar per tahun. 

Selain itu juga peningkatan terlihat pada produk reksadana ESG yang diterbitkan. Tahun 2020, baru ada 5 produk reksa dana, sedangkan pada semester I/2023 reksa dana bertema ESG mencapai 21 produk. Meningkatnya dana kelolaan itu utamanya dipicu oleh tingkat imbal hasil/return yang lebih tinggi dibanding reksa dana non ESG. 

“Sebagai contoh, imbal hasil Reksadana Indeks Mandiri FTSE Indonesia ESG yang kami luncurkan tahun lalu, mencatat tingkat return hingga +7%, bandingkan dengan kinerja IHSG yang negatif (-5%) pada periode yang sama,” tutur Adi, mengutip keterangan resminya.

Reksadana Mandiri Indeks FTSE Indonesia ESG adalah reksadana pertama di Indonesia, yang menggunakan indeks FTSE Indonesia ESG sebagai acuan.

Keunggulan utama Reksadana Mandiri Indeks FTSE Indonesia ESG dibanding produk reksa dana lain adalah return/imbal hasil investasi setara dengan kinerja Indeks FTSE Indonesia ESG yang memiliki performa sangat baik. 

“Selain imbal hasil yang sangat baik relatif terhadap indeks lainnya, tidak ada risiko berupa rotasi sektor di pasar atau allocation active risk pada reksadana ini. Reksadana ini juga didesain tidak memiliki eksposure berlebih pada sektor tertentu. Terlebih indeks FTSE ESG hanya di-rebalancing satu kali dalam setahun,” tutur Adi. 

Beranjak ke kinerja saham, berdasarkan data 2016-2021, indeks FTSE Indonesia ESG yang diterbitkan oleh FTSE Russell, mencatat pertumbuhan harga saham tertinggi sebesar 57,56%. Jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan indeks LQ45 yang berisi saham-saham blue chip, sebesar 38,11%, dan pertumbuhan indeks IDX30 sebesar 41,49%.

Begitupula pada instrumen surat utang, kepedulian investor terhadap aspek ESG, salah satunya tercermin pada tingginya minat terhadap obligasi berwawasan lingkungan (Green Bond) yang diterbitkan Bank Mandiri, baru-baru ini.

Bahkan, pada periode book building yang berakhir 4 Juni 2023, terjadi kelebihan permintaan/oversubscribed sebesar 3,74 kali. Dengan nilai penawaran mencapai Rp 18,7 triliun dari target sebesar Rp 5 triliun.

Merespon tingginya minat pelaku usaha dan investor terhadap aspek ESG, Otoritas Jasa Keuangan/OJK selaku regulator berencana menerbitkan Peraturan OJK terkait Bursa Karbon dalam waktu dekat. Bahkan, dalam keterangan resminya OJK optimistis bursa karbon dapat beroperasi pada tahun ini juga.

Makin maraknya instrumen pasar modal yang peduli terhadap ESG, sejalan dengan keinginan para profesional di bidang investasi yang tergabung dalam CFA Society Indonesia.

Ketua CFA Society Indonesia Pahala N. Mansury menegaskan, organisasi nirlaba yang dipimpinnya, siap mendukung komitmen pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE) paling lambat pada 2060.

“Kami di CFA Indonesia berkomitmen mendukung NZE yang dicanangkan pemerintah, dengan mendorong peran aktif pelaku usaha dan publik. Kementrian BUMN juga mendorong terwujudnya peta jalan/road map untuk mendukung NZE,” ucap Pahala yang juga merupakan Wakil Menteri BUMN I, disela konferensi yang digelar CFA Society Indonesia.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper