Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) mengalami tren kenaikan sejak pekan lalu hingga 8,21 persen ke posisi Rp2.240 per saham.
Pada periode perdagangan 2 Mei hingga 5 Mei, saham Bank Jago di Indonesia ini membukukan kenaikan 5,31 persen. Lalu pada penutupan hari ini saham bank digital itu masih mengalami penguatan 2,75 persen.
Adapun penguatan saham Bank Jago selama sepekan terakhir bersamaan dengan laporan kinerja. Yakni pertumbuhan kredit sebesar 76 persen menjadi Rp10,8 triliun dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di kisaran 1,5 persen turun dari posisi 2,7 persen pada kuartal II/2022 lalu.
Analis MNC Sekuritas Tirta Widhi Gilang CItradi mengatakan kemampuan Bank Jago menggalang dana pihak ketiga dengan kenaikan 2 kali lipat dari Rp4,2 triliun pada kuartal I/2022 menjadi Rp9,3 triliun pada kuartal I/2023 (yoy). Dari jumlah tersebut sebanyak 64 persen berupa dana murah (current account saving account/CASA).
“Strategi memperbanyak porsi dana murah di saat bunga simpanan terkerek kenaikan bunga acuan menunjukkan bahwa Jago akan lebih ekspansif tetapi dengan biaya dana yang lebih terukur. Hal ini menunjukkan manajemen tetap pada fokus utamanya untuk bertumbuh secara berkualitas,” kata analis MNC Sekuritas Tirta Widhi Gilang Citradi, Senin (8/5/2023).
Faktor kedua, pergerakan harga saham Jago juga dipengaruhi oleh kinerja PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kuartal I/2023. Laporan keuangan perusahaan teknologi dengan ekosistem terbesar ini menunjukkan sejumlah perbaikan signifikan, terutama pada unit GOTO Finansial yang beririsan langsung dengan bisnis model Bank Jago.
Baca Juga
“Unit bisnis keuangan GOTO ini berhasil menyalurkan pembiayaan konsumen lebih dari Rp800 miliar pada kuartal I melalui produk paylater. Hal ini juga menimbulkan prospek positif bagi Jago selaku sumber funding. Apalagi, ke depan, bisnis buy now paylater (BNPL) menjadi motor pertumbuhan GOTO dalam mengakselerasi profitabilitas,” kata Tirta.
Sebelumnya manajemen Bank Jago sempat memberikan kisi kisi rencana kolaborasi dua aplikasi yang bakal mengubah lanskap bisnis bank digital sekaligus membawa inklusi finansial ke level baru.
Meski manajemen menolak menyebutkan nama calon mitra, tetapi rumors di kalangan pelaku pasar meyakini bahwa inovasi baru ini masih berkaitan dengan ekosistem GOTO. “Tunggu tanggal mainnya saja, pasti akan kami sampaikan pada waktunya. Saya cuma bisa bilang, kolaborasi ini akan memberikan dampak signifikan,” kata Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar.
Faktor ketiga, menurutnya saham Bank Jago sudah terkoreksi dalam baik sejak awal tahun maupun sejak tahun lalu. Seperti saham bank digital dan tech companies lainnya, Bank Jago terkena sentimen negatif tech winter yang mengubah persepsi investor terhadap growth stocks.
Sebagian investor menilai masa masa tersulit sudah mulai berlalu dan peluang naik lebih besar ketimbang potensi koreksi lanjutan.
“Secara teknikal, saham ini berkali kali menyentuh harga di bawah Rp2.000, tetapi selalu berhasil bergerak baik. Investor jangka pendek melihat momentum ini untuk mengail cuan, sedangkan investor jangka panjang melakukan akumulasi karena melihat harga saham saat ini secara relatif sudah sangat murah, sementara prospek bisnisnya masih menjanjikan,” kata Tirta.