Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Tertekan Sentimen Hawkish The Fed, Turun ke US$2.000

Harga emas terus lesu ditekan ke bawah US$2.000 per troy ons oleh sentimen hawkish bank sentral AS.
Karyawan mengakses website pembelian emas logam mulia di Butik Antam, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Harga emas PT Aneka Tambang Tbk. pada hari perdagangan Selasa (8/9/2020) menurun dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya. Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan mengakses website pembelian emas logam mulia di Butik Antam, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Harga emas PT Aneka Tambang Tbk. pada hari perdagangan Selasa (8/9/2020) menurun dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas kembali lesu ke bawah US$2.000 per troy ons pada perdagangan Jumat (21/4/2023) di tengah sentimen terkait kebijakan bank sentral AS yang masih hawkish.

Dilansir dari Bloomberg, Jumat (21/4/2023) harga emas Comex terpantau turun 0,80 persen atau 16,10 poin ke US$2.003 per troy ons. Sementara itu, harga emas Spot turun 0,78 persen atau 15,55 poin ke US$1.989 per troy ons.

Analis Monex Investindo Futures (MIFX) Faisyal mengayakan, harga emas berpeluang bergerak melemah di jangka pendek untuk menguji level support US$1.980 seiring arah kebijakan bank sentral di global yang masih hawkish.

"Hal ini mendorong imbal hasil dolar AS menjadi lebih menarik, penurunan lebih rendah dari level support tersebut berpotensi memicu aksi jual harga emas menguji level support selanjutnya US$1.970 per troy ons," terangnya falam riset, Jumat (21/4/2024).

Namun bila bergerak naik maka harga emas berpotensi menguji level resistance US$1.990, kenaikan lebih tinggi dari level resistance tersebut, maka harga emas berpeluang dibeli menguji level resistance selanjutnya US$2.000.

Di samping itu, dolar AS masih dibayangi serangkaian data ekonomi AS semalam yang hasilnya pesimis memicu spekulasi bahwa Federal Reserve AS akan menjeda siklus kenaikan suku bunga pada Juni setelah kenaikan suku bunga lainnya yang diperkirakan akan terwujud di bulan depan.

Sejumlah data ekonomi juga menunjukkan cukup pesimis seperti klaim awal tunjangan pengangguran yang meningkat pada pekan lalu, yang menunjukkan pasar tenaga kerja mulai melambat, sementara itu untuk laporan indeks manufaktur wilayah Philadelphia menunjukkan aktivitas yang lebih lambat dari perkiraan. 

Data pesimisnya lainnya juga datang dari sektor perumahan AS. Penjualan rumah yang sudah ada turun 2,4 persen ke tingkat tahunan menjadi 4.44 juta unit pada bulan lalu.

Kendari demikian, untuk pertemuan pada Mei mendatang, hampir 90 persen peluangnya The Fed menaikan suku bunga sebesar 25 bps, namun untuk pertemuan di bulan Juni 69 persen peluangnya The Fed akan berikan jeda dalam siklus kenaikan suku bunga mereka.

Selanjutnya pada hari ini pasar akan mencari katalis dari data Flash Manufacturing PMI dan Flash Services AS pada pukul 20:45 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper