Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Korporasi Masih Menarik Hingga Akhir Tahun, Simak Katalisnya

Penebitan obligasi korporasi pada kuartal II/2023 masih memiliki peminat yang tinggi karena beberapa faktor.
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Penebitan obligasi korporasi pada kuartal II/2023 masih memiliki peminat yang tinggi dengan beberapa faktor seperti kebijakan The Fed terkait suku bunga, situasi pemilu akhir tahun, dan indikator ekonomi makro Indonesia.

Chief Economist Bank Central Asia David E Sumual menjelaskan minat investor saat ini masih cukup baik di obligasi korporasi maupun obligasi pemerintah. 

“Terlihat dari net inflow lebih dari Rp50 triliun untuk surat utang pemerintah, maka obligasi korporasi juga menarik” katanya saat dihubungi, Rabu (5/4/2023). 

David mengatakan faktor yang mempengaruhi minat investor salah satunya adalah indikator makronet inflow sudah lebih dari 50 triliun dari awal tahun untuk obligasi pemerintah.

“Indikator makro cukup kuat, harga komoditas cukup baik. Saya pikir akan berlaku juga pada penerbitan obligasi,” jelasnya.

Terpisah, Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Niken Indriasih mengatakan penerbitan surat utang korporasi pada kuartal II/2023 akan tetap dalam kondisi yang cukup baik dan diliputi optimisme sebagaimana pada kuartal I/2023. 

“Hal ini didasarkan pada nilai jatuh tempo surat utang korporasi yang cukup tinggi pada kuartal ketiga, dan biasanya korporasi akan menerbitkan surat utang untuk keperluan refinancing sejak 3-5 bulan sebelumnya sehingga penerbitan surat utang pada kuartal kedua diperkirakan masih kondusif,” 

Selain itu, kata Niken pihaknya melihat optimisme masih kondusifnya kondisi penerbitan pada kuartal II/2023 seiring dengan tingkat suku bunga acuan yang saat ini sudah tidak dinaikkan kembali. 

Bank Indonesia (BI) melakukan pengetatan kebijakan moneter dari sisi suku bunga terakhir kali pada Januari 2023 dan sejak saat itu, BI menjaga tingkat suku bunga tetap di level 5,75 persen. Dengan tingkat suku bunga yang sudah mencapai terminalnya di dalam negeri, pasar mengekspektasikan kecil kemungkinan suku bunga akan dinaikkan lebih lanjut, apalagi dengan kenaikan agresif seperti sebelumnya. 

Sebaliknya, karena sudah mencapai puncak, pasar mengekspektasikan kebijakan moneter akan berbalik arah ke depan dan dengan kemungkinan BI akan melonggarkan kebijakan moneter, melalui penurunan suku bunga, GWM atau operasi pasar terbuka. Sayangnya, BI belum memberikan sinyal kapan itu dilakukan.

David Sumual memprediksi suku bunga The Fed sudah berada di puncaknya dan tidak akan menaikkan secara agresif. 

“Ekspektasi sekali lagi paling banyak akan menaikkan suku bunga The Fed-nya. Ini positif untuk instrument finansial di emerging market,” kata David. 

Jika suku bunga oleh The Fed akan diturunkan, itu menjadi katalis positif karena mendorong kupon untuk turun. Sebaliknya, jika dinaikkan, itu berdampak negatif. Tapi, transmisi perubahan suku bunga biasanya membutuhkan beberapa waktu untuk mempengaruhi pricing di pasar surat utang, terutama terhadap kupon.

Faktor lain adalah adanya jatuh tempo obligasi. Berdasarkan data Pefindo, total ada Rp96,04 triliun surat utang yang akan jatuh tempo selama kuartal II hingga kuartal IV 2023. Sehingga, ada peluang beberapa untuk dibiayai kembali. Rinciannya adalah Rp22,40 triliun pada kuartal II/2023, Rp48,99 triliun pada kuartal III/2023, dan Rp24,65 triliun pada kuartal IV/2023.

Selain itu, kondisi jelang pemilu juga dapat mempengaruhi korporasi yang akan menerbitkan obligasi karena fokus investor akan terpecah. 

Sementara itu Niken menjelaskan bahwa pemilu dapat berdampak pada bisnis korporasi melalui kemungkinan kebijakan yang akan diambil oleh presiden yang baru. Selain itu, petahana tidak bisa mencalonkan kembali di pemilu kali ini sehingga ada ketidakpastian yang lebih besar daripada ketika petahana mencalonkan kembali dan menang. 

“Selain itu, nama kandidat masih juga belum mengerucut hingga saat ini menambah ketidakpastian tersebut,” Imbuh Niken.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper