Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Diperkirakan Konsolidasi Respons Kebijakan The Fed

IHSG diperkirakan akan konsolidasi cenderung menguat karena pelaku pasar masih mencerna pernyataan The Fed.
IHSG diperkirakan akan konsolidasi cenderung menguat karena pelaku pasar masih mencerna pernyataan The Fed. Bisnis/Arief Hermawan P
IHSG diperkirakan akan konsolidasi cenderung menguat karena pelaku pasar masih mencerna pernyataan The Fed. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan memasuki fase konsolidasi dan menguat pada perdagangan Jumat (24/3/2023) setelah Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Kebijakan itu menempatkan suku bunga acuan AS di posisi tertinggi sejak Oktober 2007.

Pasar saham Asia Pasifik sendiri bergerak variatif pada Kamis (23/3/2023) merespons kebijakan The Fed. Indeks Topix 500 Jepang melemah 0,34 persen, sementara Nikkei 225 terkoreksi 0,17 persen. Sementara itu, mayoritas indeks di bursa China menguat dengan kenaikan indeks komposit Shanghai mencapai 0,64 persen dan Hang Seng menguat 2,34 persen.

“Kenaikan suku bunga The Fed telah sesuai ekspektasi pasar. IHSG diperkirakan akan konsolidasi cenderung menguat karena pelaku pasar masih mencerna pernyataan Jerome Powell yang mengisyaratkan bahwa perang melawan inflasi masih berlanjut,” kata Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya, Kamis (23/3/2023).

Dia memperkirakan manuver teranyar The Fed ini akan memberi dampak negatif pada saham-saham sektor teknologi, properti, dan konstruksi yang sensitif terhadap suku bunga. Di sisi lain, saham-saham perbankan berpotensi memperoleh katalis penguatan.

“Investor bisa mencermati saham-saham bank-bank besar dengan target 10 persen,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menilai kenaikan suku bunga The Fed terbaru memupuskan harapan bahwa bank sentral akan berbalik dovish, terlebih dengan gejolak kegagalan sejumlah bank beberapa pekan terakhir.

“Saya kira kenaikan suku bunga ini bisa memunculkan respons negatif pasar, seperti munculnya kekhawatiran permasalahan likuiditas yang memakan korban bank,” kata Piter.

Dalam situasi tersebut, Piter mengemukakan bahwa investor akan mengalihkan dananya ke portofolio investasi yang lebih aman. Akibatnya, harga surat utang berisiko tertekan dan mendorong yield naik, sementara harga emas dan instrumen safe haven akan meningkat.

“Besarnya dampak akan bergantung pada respons kebijakan Bank Indonesia. Saya kira bank sentral akan lebih berhati-hati menaikkan suku bunga sehingga bisa meredam gejolak pasar keuangan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper