Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Sawit TP Rachmat TAPG Cetak Laba Bersih Rp3,09 Triliun di 2022

Emiten sawit milik TP Rachmat Triputra Agro Persada (TAPG) membukukan laba bersih Rp3,09 triliun pada 2022.
Petani membawa kelapa sawit hasil panen harian di kawasan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (11/5). Bisnis/Nurul Hidayat
Petani membawa kelapa sawit hasil panen harian di kawasan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (11/5). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten sawit milik taipan TP Rachmat PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) membukukan peningkatan kinerja sepanjang 2022. TAPG membukukan laba bersih Rp3,09 triliun, dengan pendapatan Rp9,3 triliun sepanjang 2022.

TAPG mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 158 persen mencapai Rp3,09 triliun pada 2022, dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar Rp1,19 triliun. Peningkatan laba bersih ini mendorong EBITDA TAPG meningkat sebesar 112 persen dibandingkan periode 2021 yang mencapai Rp4,57 triliun.

Presiden Direktur TAPG Tjandra Karya Hermanto mengatakan peningkatan yang signifikan ini disebabkan oleh 3 hal utama yaitu produksi yang meningkat signifikan, mayoritas umur tanaman berada pada usia produktif, serta implementasi best agronomy practice ditambah penggunaan teknologi yang mendukung proses produksi.

Pada tahun 2022 produksi TAPG termasuk perusahaan asosiasi mengalami peningkatan yang signifikan dengan produksi TBS dari kebun inti meningkat hingga 21 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 3,2 juta ton, dengan pencapaian yield sebesar 24,5 ton per hektar, dengan rata-rata umur tanaman yang mencapai 12 tahun.

“Pencapaian hasil TAPG yang memuaskan karena peningkatan produktivitas yang tinggi, yang didukung oleh penerapan best agronomy practice dan penggunaan teknologi yang mendukung," kata Tjandra dalam keterangan resminya, Selasa (28/2/2023).

Dia melanjutkan, selain hal tersebut penerapan improvement yang secara konsisten dijalankan serta iklim yang mendukung, juga merupakan kunci untuk mencapai tingkat produksi tersebut. Meskipun pada 2022 terdapat peningkatan biaya produksi khususnya biaya pupuk, tetapi peningkatan produktivitas dan control losses berhasil meredam peningkatan biaya produksi tersebut.

Pada sisi permintaan, Tjandra menyampaikan ekspor kelapa sawit Indonesia juga relatif membaik yang terlihat dari mulai berkurangnya stok kelapa sawit dalam negeri, seiring dukungan kebijakan dari pemerintah serta tingginya permintaan dari negara tujuan utama seperti China dan India dan keberhasilan program mandatori B30 dalam negeri.

"Tingginya permintaan, baik ekspor maupun konsumsi domestik melalui pangan dan energi berhasil menjaga harga jual TAPG pada level yang tinggi," ujar Tjandra.

Dia menutrada tahun 2022 harga komoditas masih berada pada level yang relatif baik, didukung oleh peningkatan harga komoditas global dan berpengaruh langsung pada performa TAPG.

Harga jual Crude Palm Oil (CPO) meningkat hingga 32 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan harga jual Palm Kernel (PK) juga mengalami peningkatan harga yang sebesar 13 persen.

Permintaan CPO pada tahun 2022 masih disokong oleh demand dari dua negara utama yaitu China, yang mulai meningkatkan stok vegetable oil seiring peningkatan demand sebagai dampak penghapusan kebijakan zero covid policy China, serta konsumsi India yang tetap tinggi meskipun adanya ancaman dari resesi global.

Tingginya permintaan dari kedua negara tersebut juga didukung permintaan dalam negeri, baik pada sektor pangan maupun pada sektor energi yang berdampak langsung pada penjualan TAPG yang pada tahun 2022 CPO meningkat 15 persen dan PK meningkat 25 persen.

Adapun hingga 31 Desember 2022, total aset TAPG naik 17 persen menjadi Rp14,5 triliun yang disebabkan oleh kenaikan aset lancar dan interest in joint venture. Total kewajiban turun 12 persen menjadi Rp4,1 triliun yang dipicu oleh cicilan dan percepatan pembayaran pinjaman dari bank, yang langsung berdampak pada penurunan beban keuangan dan masih sejalan dengan program TAPG untuk memperkuat struktur keuangan.

Kemudian, Ekuitas TAPG meningkat 33,6% mencapai Rp10,4 triliun seiring peningkatan laba setelah pajak yang diperoleh Perseroan. 

Adapun akibat kebijakan The Fed dalam meningkatkan suku bunga pada tahun 2022, TAPG mengalami kerugian valas hingga Rp195,7 miliar meningkat 521 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai Rp31,5 miliar.

Namun, pada sisi beban bunga, TAPG sudah mengantisipasi peningkatan suku bunga tersebut sehingga berhasil menekan beban bunga hingga 17 persen pada tahun 2022 setelah melakukan percepatan pembayaran hutang di kuartal III/2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper