Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) Global Ratings masih melihat pendanaan bagi emiten-emiten di sektor komoditas tetap ketat pada 2023.
S&P Global melihat outlook untuk sektor komoditas di Indonesia masih positif untuk tahun ini. Tren positif ini telah berkontribusi pada beberapa tindakan peningkatan peringkat dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam keterangannya, S&P Global Ratings mengatakan harga komoditas yang lebih rendah dan biaya yang naik kemungkinan besar akan mengikis marjin setelah laba pada tahun 2021 dan 2022. S&P Global memperkirakan sebagian besar harga komoditas akan turun dari harga tertingginya dari 2022.
Hal tersebut berarati produsen komoditas harus meningkatkan produksi untuk meningkatkan pendapatan dan arus kas.
"Kami berharap kondisi pasar dan harga secara umum tetap mendukung di 2023. Harga komoditas tetap lebih tinggi dari titik terendah sebelumnya," tulis S&P Global.
Meski demikian, risiko datang dari ancaman resesi ekonomi global, konflik Rusia-Ukraina, dan pembukaan kembali sementara China yang dapat memicu ketidakpastian pasar dan volatilitas harga lebih lanjut.
Baca Juga
S&P Global melihat penyangga kredit atau credit buffer umumnya baik untuk sektor ini. Sebagian besar emiten dengan posisi biaya di atas rata-rata dapat menahan tekanan harga lebih lanjut, sebelum menguji ambang batas penurunan kredit.
"Sebagai hasilnya, kami memperkirakan emiten di sektor ini akan menghasilkan laba dan arus kas yang sehat, yang akan mendukung pengembalian pemegang saham, pertumbuhan belanja modal, dan akuisisi," katanya.
Hal ini terjadi setelah harga komoditas sebagian besar tetap tinggi pada 2022, sebelum melambat di paruh kedua.
S&P memperkirakan kondisi pendanaan untuk penerbitan obligasi dolar AS bagi emiten-emiten komoditas dengan imbal hasil tinggi akan tetap ketat, dan kendala ESG akan membatasi akses emiten ini ke permodalan.
S&P Global memperkirakan tren ini akan berlaku terutama untuk sektor dengan pengeluaran karbon tinggi seperti batu bara. S&P Global mengantisipasi emiten di sektor komoditas akan memanfaatkan perbankan domestik untuk memenuhi utang jatuh tempo dalam jangka pendek.
Apabila kondisi memungkinkan, kata S&P, kebutuhan untuk meningkatkan jumlah modal yang signifikan untuk mendanai proyek pertumbuhan dan kebutuhan untuk mendiversifikasi sumber pendanaan, akan memacu minat emiten untuk melakukan penerbitan utang dalam dolar AS.