Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas terdongkrak pada akhir perdagangan Selasa pagi WIB ditopang oleh ekspektasi ekspektasi pasar bahwa The Fed akan segera berhenti menaikkan suku bunganya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, sedikit menguat 0,02 persen menjadi US$1.928,60 per ounce.
Dikutip dari Antara, harga emas berjangka terdongkrak 0,22 persen menjadi US$1.928,20 pada Jumat (20/1/2023). Setelah terangkat 0,89 persen menjadi US$1.923,90 pada Kamis (19/1/2023). Tetapi jatuh 0,15 persen menjadi US$1.907,00 pada Rabu (18/1/2023).
Volume perdagangan di pasar logam mulia juga relatif lebih kecil di awal pekan ini, di tengah libur pasar di beberapa negara Asia, terutama China, untuk Tahun Baru Imlek. Pasar China akan ditutup untuk sisa minggu ini.
Emas tetap berada di level tertinggi sejak April 2022. Pasar memperkirakan bahwa meskipun Federal Reserve terus menaikkan suku bunganya dengan kecepatan yang melambat, bank sentral akan segera menghentikan kenaikan suku bunga karena tekanan inflasi terus berkurang.
Fokus minggu ini tepat pada data PDB kuartal keempat AS, yang akan dirilis pada Kamis (26/1/2023). Pertumbuhan diperkirakan melambat pada kuartal keempat dari kuartal ketiga, karena dampak kebijakan moneter yang lebih ketat mulai dirasakan oleh perekonomian.
Baca Juga
Sementara itu, Indeks Utama Ekonomi AS dari The Conference Board yang dirilis pada Senin (23/1/2023) mencatat penurunan 1,0 persen menjadi 110,5 pada Desember, menyusul penurunan 1,1 persen pada November, memberikan dukungan terhadap emas.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 38,1 sen atau 1,59 persen, menjadi menetap di 23,554 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April meningkat 8,50 dolar AS atau 0,81 persen, menjadi ditutup pada 1.056,30 dolar per ounce.
Tim riset MIFX memperkirakan harga emas berpeluang bergerak naik dalam jangka pendek pada hari Selasa (24/1) di tengah outlook melemahnya dolar AS dibalik ekspektasi akan lebih lambatnya laju kenaikan suku bunga AS.