Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awal 2023, Rupiah Tak Kemana-mana Rp15.572 per Dolar AS

Saat rupiah hari ini stganan, yen Jepang mengalami penguatan dengan naik 0,14 persen, lalu won Korea Selatan melemah 0,96 persen.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah menutup perdagangan hari pertama 2023 dengan bergerak stagnan di level Rp15.572,5 per dolar AS.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup stagnan 0 persen ke Rp15.572,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah pelemahan indeks dolar AS 0,03 persen ke 103,49.

Sementara itu, yen Jepang mengalami penguatan dengan naik 0,14 persen, lalu won Korea Selatan turun 0,96 persen, peso Filipina menguat 0,04 persen, dan baht Thailand menguat 0,12 persen.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan dolar melemah dalam beberapa bulan terakhir setelah data menunjukkan inflasi AS kemungkinan telah mencapai puncaknya. Hal tersebut diperkirakan akan mengundang laju kenaikan suku bunga Fed yang lebih lambat.

Sementara itu, bank sentral telah menaikkan suku bunga dengan relatif lebih kecil, yakni 50 basis poin pada bulan Desember, dan diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan Februari.

Dari dalam negeri, Ibrahim menuturkan para ekonom memprediksi ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh dalam kisaran 4,5 sampai 5 persen pada 2023. Angka pertumbuhan tersebut berpotensi dicapai meskipun ekonomi negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa akan menjadi rentan akibat lonjakan inflasi dan pengetatan moneter.

"Namun, China yang menjadi mitra dagang terbesar banyak negara termasuk Indonesia, menunjukkan indikasi perbaikan, sejalan dengan semakin terkendalinya penyebaran Covid-19," ucapnya dalam riset, Senin (2/1/2023).

Begitu juga dengan inflasi global pada 2023 yang masih berpotensi meningkat. Tingkat inflasi diprediksi lebih rendah dibandingkan 2022 dan tidak banyak mengganggu tingkat konsumsi secara agregat.

Sedangkan dampak dari inflasi global masih akan menekan daya beli masyarakat berpendapatan rendah, dan kemungkinan juga masih menahan pemulihan mobilitas jarak jauh.

Selain itu, pengetatan moneter diprediksi lebih terbatas karena berkurangnya tekanan inflasi global dan domestik. Investasi pun diprediksi akan kembali menjadi penyumbang kedua terbesar pertumbuhan ekonomi pada 2023.

Adapun untuk perdagangan besok, Selasa (3/1/2023), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.550-Rp15.630.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper