Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BUMI Incar Kenaikan Produksi Batu Bara pada 2023

Pada 2023 BUMI menargetkan produksi batu bara dapat mencapai 80 juta ton hingga 85 juta ton.
Operasional tambang batu bara kelompok usaha Bumi Resources. Pada 2023 BUMI menargetkan produksi batu bara dapat mencapai 80 juta ton hingga 85 juta ton. /bumiresources.com
Operasional tambang batu bara kelompok usaha Bumi Resources. Pada 2023 BUMI menargetkan produksi batu bara dapat mencapai 80 juta ton hingga 85 juta ton. /bumiresources.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara Grup Bakrie PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menargetkan peningkatan produksi pada 2023, setelah terkendala cuaca pada tahun ini. BUMI merupakan produsen batu bara terbesar di Indonesia dari sisi volume.

Direktur dan Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan pada 2023 BUMI menargetkan produksi batu bara dapat mencapai 80 juta ton hingga 85 juta ton. Sementara itu, tahun ini target produksi batu bara BUMI mencapai 71 juta-76 juta ton.

Menurutnya, target 2023 masih lebih rendah dibandingkan kapabilitas produksi batu bara BUMI di situasi normal yang bisa mencapai 90 juta ton per tahun.

"Kapabilitas produksi batu bara BUMI di kondisi normal adalah 90 juta ton per tahun dari KPC dan Arutmin," ucapnya kepada Bisnis, Selasa (27/12/2022).

Untuk memacu produksi batu bara, Dileep menyampaikan BUMI akan menganggarkan belanja modal hingga US$90 juta atau setara Rp1,4 triliun (kurs Jisdor Rp15.636 per dolar AS) pada 2023.

BUMI memperkirakan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 ton batu bara adalah sebesar US$1.

"Kami memperkirakan capex di tahun penuh 2023 sebesar US$80 juta-US$90 juta untuk produksi batu bara dan juga untuk pemeliharaan, dan sebagian capex untuk pengeluaran untuk peralatan," kata Dileep.

Adapun, hingga kuartal III/2022, BUMI berhasil mencatat kenaikan pendapatan sebesar US$6,25 miliar, atau naik 67 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, laba bersih perseroan naik sekitar 474 persen ke US$365,5 juta dari tahun sebelumnya hanya US$63,8 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper