Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah pada perdagangan hari ini Rabu (16/11/2022). Pelemahan rupiah ini terjadi menjelang pengumuman Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang kemungkinan akan kembali menaikan suku bunga.
Berdasarkan data Bloomberg, pada 09.01 WIB, mata uang Garuda mengawali perdagangan dengan pelemahan 0,25 persen atau 38,5 poin ke Rp15.576 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar AS terpantau menguat 0,29 persen atau 0,30 poin, di level 106,71.
Di tengah lesunya rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia turut bergerak melemah antaralain won Korea Selatan 0,56 persen, dolar Taiwan 0,48 persen, yuan Cina turun 0,37 persen, baht Thailand 0,32 persen, yen Jepang 0,32 persen, dolar Hong Kong 0,04 persen, dan peso Filipina 0,4 persen.
Sementara itu beberapa mata uang kawasan Asia yang justru terpantau menguat pada perdagangan hari ini adalah rupee India 0,20 persen, dan ringgit Malaysia 0,19 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya mengatakan pelemahan rupiah terjadi di tengah ekspektasi investor bahwa The Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunganya. Greenback sempat menikmati momentum keuntungan pada Senin setelah Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan bahwa kebijakan hawkish berpotensi berlanjut.
Dari dalam negeri, pelaku pasar merespons positif laporan neraca dagang Oktober 2022 yang kembali mencetak surplus, kali ini sebesar US$5,67 miliar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif mulai Januari hingga September 2022 mencapai US$45,52 miliar.
Baca Juga
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto menyampaikan bahwa surplus neraca perdagangan tersebut meningkat sebesar 47,32 persen jika dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun lalu.
Jika dirincikan, nilai ekspor sepanjang Januari hingga September 2022 tercatat mencapai US$244,14 miliar, meningkat 30,97 persen jika dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun lalu. Pada periode yang sama, impor tercatat mencapai US$198,62 miliar, meningkat 27,72 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Selain itu, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal III/2022 kembali menurun menjadi sebesar US$394,6 miliar, dari sebelumnya US$403,6 miliar.
“Secara tahunan, posisi ULN kuartal III/2022 mengalami kontraksi sebesar 7,0 persen, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 2,9 persen yoy,” kata Ibrahim.